basukidwiputranto.blogspot.com

basukidwiputranto.blogspot.com

Minggu, 09 Juni 2024

TAFSIR SURAT AL FATIHAH

 KAJIAN ILMIAH TENTANG TAFSIR SURAT AL-FATIHAH

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

Kalimat ta’awudz adalah sesuatu kalimat yang dianjurkan bagi setiap muslim untuk membacanya ketika mereka hendak membaca Al-Qur’an atau Kitabullah. Dan makna dari kalimat isti’adzah adalah bersandar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi hambaNya dan menjaga hambaNya dari setan yang terkutuk.

Dan sesungguhnya seorang hamba dianjurkan untuk mengucapkan kalimat isti’adzah ini ketika dia hendak membaca Kitabullah karena setan sangat berkeinginan untuk memalingkan seorang hamba dari Al-Qur’an tersebut. Setan sangat berkeinginan untuk memalingkan hamba agar tidak mendapatkan hidayah dan agar mereka tidak mengenal arti dan tujuan dari pada Al-Qur’an tersebut.

Oleh karenanya dianjurkan bagi seorang hamba apabila mereka hendak membaca Al-Qur’an untuk beristi’adzah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari setan. Sehingga ketika dia membaca Kitabullah dengan bacaan yang bagus dan dia akan selamat dari gangguan setan, dari bisikan setan dan dari sesuatu yang didatangkan oleh setan tersebut dengan penjagaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.


الشّيطَان

Makna kalimat الشّيطَان (setan), artinya adalah sesuatu yang membangkang, yang jauh dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia ingin menjauhkan hamba dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia juga ingin menghalangi agar seorang hamba tersebut jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

الرَّجِيْمِ

Makna kalimat الرَّجِيْمِ artinya adalah yang terusir, yang jauh, yang terlaknat,
yang dijauhkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dari rahmatNya.

Ketika setan tersebut diberikan kepadanya sifat terusir, jauh dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka setan ingin agar hamba tersebut juga jauh dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga sudah semestinya seorang hamba meminta perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari setan yang senantiasa membangkang kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang menjadikan manusia jauh dari ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang akan menjadikan dan menyelewengkan manusia dari beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmatNya.

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ adalah basmalah diantara salah satu ayat yang ada di dalam Al-Qur’an yang dibaca ketika seseorang hendak membaca Al-Qur’an. Kecuali surah bara’ah atau surah At-Taubah.

Basmalah ini adalah kalimat permohonan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan makna atau arti ketika kita memulai membaca basmalah tersebut yaitu seseorang yang membaca Al-Qur’an memulai dengan pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Huruf ba’ (ب) yang ada didalam kalimat bismillah tersebut adalah huruf yang menentukan permohonan dan meminta berkah kepada Allah Subhanahu wa Taala.

Kalimat Allah (اللَّـهِ) menunjukkan nama untuk Allah Subhanahu wa Taala yang artinya adalah yang berhak untuk diibadahi dan yang berhak dijadikan ilah terhadap seluruh makhlukNya. Dia menunjukkan bagaimana uluhiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Yaitu nama-nama yang sempurna, nama-nama yang agung yang berhak dijadikan Ilah, yang berhak dijadikan sesembahan, yang kepadaNya kita tunduk dan kepadaNya kita merendahkan diri.

 

Itu menunjukkan bagaimana ubudiyah kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ubudiyah tersebut adalah diantara perbuatan hamba yang dituntut oleh nama Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Dari kita merendahkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berharap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hanya menghadap kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

Kalimat الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ, yaitu dua buah nama yang diambil dari kata-kata rahmat yang menunjukkan nama tersebut ditetapkan bagi Allah Subhanahu wa Taala.

Adapun kalimat Ar-Rahman (الرَّحْمَـٰنِ) yaitu diambil dari kata-kata Rahmah, Yang Maha Luas yang mencakup seluruhnya. Sebagaimana dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Taala:

وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ

Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu.

(Al-A’raf[7]: 156)

 

Kemudian kalimat Ar-Rahim (الرَّحِيمِ) yang menunjukkan sesuatu yang dikhususkan oleh Allah Subhanahu wa Taala untuk wali-waliNya dan orang-orang pilihan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Taala:

وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat sayang terhadap orang-orang Mukmin.

(Al-Ahzab[33]: 43)

الْحَمْدُ لِلَّـهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Alhamdu (الْحَمْدُ), yaitu pujian untuk Allah Subhanahu wa Taala. Dan Allah Subhanahu wa Taala dipuji terhadap segala namaNya yang sempurna dan sifat-sifatNya yang mulia. Dipuji terhadap segala nikmatNya dan pemberianNya yang tidak akan pernah terhitung.

Rabbil ‘Alamin (رَبِّ الْعَالَمِينَ) artinya adalah Allah yang menciptakan mereka. Allah Subhanahu wa Taala adalah raja diraja mereka. Yang mengatur seluruh urusan mereka, yang tidak ada serikat untuk Allah Subhanahu wa Taala dengan sesuatu apapun.

Kemudian العالَمُين, yang dikatakan alam tersebut adalah selain Allah Subhanahu wa Taala.

الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ

Yaitu sifat rahmat yang umum dan sifat rahmat yang khusus. Sebagaimana yang telah dijelaskan di makna بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ.

مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿٤﴾

Di dalam qira’at yang lain dibaca dengan مَلِكِ يَوْمِ الدِّينِ (dengan huruf mimnya dipendekkan), artinya adalah hari pembalasan. Karena الدِّينِ tersebut adalah pembalasan. Sehingga diantara nama Allah Subhanahu wa Taala adalah الدّيَّان (Yang akan memberikan balasan), yang akan memberikan hisab. Dan didalamnya terkandung adalah bagaimana kita harus takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika kita berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dikatakan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam FirmanNya:

 

وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ﴿١٧﴾ ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ﴿١٨﴾ يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِّنَفْسٍ شَيْئًا ۖ وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِّلَّـهِ ﴿١٩﴾

Tahukah kalian apakah hari pembalasan tersebut? Tahukah kalian apakah hari pembalasan tersebut? Hari pembalasan tersebut adalah hari dimana seseorang tidak bisa menolong orang lain dan seluruh urusan pada hari tersebut hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala.

(QS. Al-Infithar[82]: 19)

 

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴿٥﴾

Ya Allah kepadaMu hanya kami menyembah dan kepadamu kami hanya meminta pertolongan. Di dalam ayat ini terkandung keikhlasan kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kita hanya memohon, meminta pertolongan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’alaإِيَّاكَ نَعْبُدُ, artinya adalah Ya Allah, saya mengikhlaskan ibadahku hanya kepadaMu, maka saya tidak akan menyembah kecuali kepadaMu.

Kemudian di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ, artinya adalah, Ya Allah, saya hanya mengikhlaskan meminta pertolongan hanya kepadaMu. Dan saya tidak akan meminta pertolongan kepada selainMu.

Di dalam kalimat إِيَّاكَ نَعْبُدُ, didalamnya terkandung bagaimana kita berlepas diri dari perbuatan syirik. Kemudian firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ adalah berlepas diri bahwa yang kuat dan yang bisa menolong hanyalah Allah Subhanahu wa Taala.

 

Faidah di dalam kalimat إِيَّاكَ نَعْبُدُ, yaitu bagaimana kita mentahqiq kalimat ُلا إلهَ إلّا الله, bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah ‘Azza wa Jalla. Dan di dalam kalimat وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ yaitu kita mengaplikasikan makna kalimat لاحولَ ولا قوَّةَ إلّا بالله, tiada daya dan upaya, tiada kekuatan kecuali milik Allah Subhanahu wa Taala.

 

Kemudian di dalam ayat ini juga terkandung makna berlepas dari kesyirikan dan berlepas dari perbuatan riya’. Juga terkandung di dalamnya berlepas diri dari perbuatan ‘ujub, takjub dan berlepas diri dari perbuatan sombong.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾

“Ya Allah tunjukkanlah kami dan berikanlah kepada kami taufik untuk melalui jalanMu yang lurus dan mengikutinya.” Sebagaimana yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam ayat yang lain:

وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ…

Dan sesungguhnya ini adalah jalanKu yang lurus dan ikutilah jalan tersebut dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan yang lain, maka kalian akan terpecah belah dari jalanKu tersebut…

(QS. Al-An’am[6]: 153)

 

Dan jalan yang lurus tersebut adalah agama Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Dia ridhai untuk hambaNya. Dan Allah tidak ridha untuk hambaNya kecuali agamaNya.

رَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴿٧﴾

Makna صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ


“Yaitu tunjukilah kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau berikan kepada mereka nikmat.” Siapa yang Allah berikan kepada mereka nikmat? Yaitu para Nabi, para orang-orang yang jujur, para syuhada, dan orang-orang yang shalih.

 

Mereka itu adalah sebaik-baik yang bisa dijadikan teman. Karena mereka mengumpulkan antara ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih. Karena orang yang diberikan nikmat kepada mereka adalah mereka yang memiliki ilmu dan amal.

 

 

 

Makna غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ

 

“Bukan jalan orang-orang yang dimarahi.” Dan mereka adalah orang-orang Yahudi dan mereka yang mengikuti cara beragamanya orang-orang Yahudi. Yaitu bagi mereka yang mengetahui kebenaran kemudian mereka tidak mengamalkan kebenaran tersebut.

Makna وَلَا الضَّالِّينَ

 

“Dan tidak pula jalan orang-orang yang sesat.” Dan mereka adalah orang-orang Nasrani dan yang mengikuti jalan orang-orang Nasrani tersebut. Yaitu mereka yang menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa ilmu.

Maksudnya adalah ayat ini memberikan kepada kita peringatan dari ulama-ulama yang suu’ dan mereka ahli ibadah yang salah jalan. Sehingga salah seorang ulama Sufyan bin Uyainah Rahimahullah mengatakan, “Orang yang rusak dari ulama kita, maka mereka ada kemiripan dengan orang-orang Yahudi. Dan orang yang rusak dari ahli ibadah kita, adalah mereka yang mempunyai kemiripan dengan orang-orang Nasrani.”

Dan diantara salah satu perkara yang bisa membantu kita untuk memahami ayat ini atau surah Al-Fatihah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

قَسَمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: حَمِدَنِى عَبْدِى، وَإِذَا قَالَ (الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ) قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَىَّ عَبْدِى، وَإِذَا قَالَ: (مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ) قَالَ: مَجَّدَنِى عَبْدِى، فَإِذَا قَالَ (إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ) قَالَ هَذَا بَيْنِى وَبَيْنَ عَبْدِى، وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ ) قَالَ: هَذَا لِعَبْدِى، وَلِعَبْدِى مَا سَأَلَ.

“Aku membagi shalat menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengatakan, ‘HambaKu telah memujiKu.’ Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim’, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjawab, ‘HambaKu menyanjungKu.’ Apabila seorang hamba mengatakan, ‘maaliki yaumiddiin’, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menjawab, ‘HambaKu telah mengagungkanKu.” Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in‘, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab, ‘Ini antaraKu dan hambaKu, dan untuk hambaKu apa yang ia minta. Kemudian jika hambaKu mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’, maka Allah akan menjawab, ‘Ini untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta.’”

(HR. Muslim no. 395)

 

Dan maksud dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Aku membagi shalat”, shalat itu adalah nama lain dari pada surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah tersebut dinamakan shalat karena tidak sah shalat seseorang kalau mereka tidak membaca Al-Fatihah. Karena keagungan surat Al-Fatihah tersebut yang ada di dalam shalat.

Kemudian adapun arti daripada Allah membagi pembagian antara Allah dan hamba tersebut adalah bahwa sesungguhnya tiga ayat kemudian ditambah setengah ayat yang pertama, itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun tiga ayat dan setengah yang terakhir itu adalah milik hamba.

Di awal ayat tersebut adalah pujian untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akhirnya adalah do’a untuk si hamba.

Al-Fatihah tersebut juga dinamakan dengan Ummul Qur’an (induknya Al-Qur’an). Karena di dalamnya meliputi secara umum apa-apa yang meliputi Qur’an secara khusus. Dan dia di dalam Al-Qur’an tersebut penuh dengan pelajaran dan ibrah.

Dan di dalam surah Al-Fatihah tersebut ada kaedah-kaedah agama dan usul-usul iman dan ada urusan-urusan syariat, akhlak dan adab dan selainnya yang ada di dalam surah yang agung ini.

 

Sumber : https://www.radiorodja.com/46551-tafsir-surat-al-fatihah/

Lihat juga di Youtube Tafsir Juz 1 : Surat Al Fatihah - Ustadz Dr. Firanda Andirja, M.A.

https://www.youtube.com/watch?v=OLO_yylIhZU

SOP Dalam Proses Kedatangan dan Keberangkatan Tamu Hotel

 PROSEDUR KEDATANGAN TAMU HOTEL

SOP Kedatangan Tamu menciptakan suasana ramah sekaligus memberikan pencerahan kepada para tamu tentang layanan dan fasilitas yang tersedia. Oleh karena itu, para tamu tidak boleh pergi dengan emosi karena pertanyaan atau permintaan mereka membebani staf kantor depan. Sebaliknya, staf harus selalu menunjukkan keinginan dan kegembiraan untuk membantu. Dengan demikian, segala permasalahan yang muncul selama mereka menginap di hotel dapat dengan cepat diselesaikan dan diperbaiki dengan tepat.

Tamu hotel bisa merasakan kehangatan dari sesuatu yang sederhana seperti senyuman penjaga pintu. Ini semua tentang memberi hormat dengan menyebut nama, menyesuaikan dengan perasaan mereka sambil menunjukkan minat. Ingatlah bahwa sangat penting untuk menggunakan nama tamu. Pelanggan sering kali terkejut ketika staf hotel mengenali nama mereka.

Yang Harus Dilakukan Sebelum Kedatangan Para Tamu

Sebelum kedatangan tamu, penting untuk menghubungi mereka melalui email, telepon, atau saluran media sosial. Tanyakan apakah mereka mempunyai kebutuhan khusus dan tujuan mereka tinggal. Jika Anda mengenali favorit tamu, usahakan untuk menyampaikannya sesuai dengan itu. Di sisi lain, kontak pelanggan memberikan kesempatan kepada tim untuk memberi tahu para tamu tentang fitur-fitur lain dari hotel. Ini termasuk restoran khusus dan tempat hiburan. Pendapat pribadi dari klien Anda memberi tahu Anda bahwa demonstrasi sambutan Anda adalah hal pertama yang mereka perhatikan. Yang terpenting, hal ini membuat hotel Anda memperoleh pangsa pasar yang wajar dari lingkungan yang kompetitif.

1.     SOP Kedatangan Tamu | Check-In Mandiri

Dengan tersedianya hotel self-check-in, sambutan para tamu mencerminkan apa yang mereka lihat dan alami yang diperoleh dari teknologi tersebut. Pastikan bagian luar dan dalam fasilitas Anda bersih dan bagian check-in mandiri mudah digunakan. Ingatlah selalu bahwa kesan pertama sangatlah penting. Oleh karena itu, pastikan hotel Anda bersih dan menarik baik luar maupun dalam. Pastikan jalurnya tersapu bersih dan wadah bunga disiram. Yang terpenting, fasilitas hotel harus berada dalam kondisi perbaikan yang sangat baik dengan jendela yang berkilau.

2.     SOP Kedatangan Tamu | Di resepsionis

Pastikan pintu hotel dibuka untuk klien oleh anggota staf yang sopan dengan senyuman dan sapaan ramah yang hangat. Mengantar tamu perumahan ke meja kantor depan dan memperkenalkan mereka kepada staf yang akan memandu mereka melalui prosedur check-in . Resepsionis harus ingat untuk menggunakan nama tamu untuk membangun hubungan baik. Meja harus tampak profesional dan teratur. Resepsionis harus mampu membuat rincian pemesanan tanpa kesulitan. Selain itu dia harus menyiapkan ruangan dan menjelaskan dengan jelas bagaimana menuju ke sana. Jika hotel Anda memiliki petugas pramutamu, mereka harus ada di sana untuk membantu mengangkut bagasi. Lihat bagaimana kami membantu hotel mencapai tujuannya

 

Di bawah ini saya telah menjelaskan beberapa praktik terbaik saat menangani kedatangan tamu di hotel;

Ciptakan Perasaan Sambutan Hangat Terhadap Tamu Anda

v Di pintu masuk hotel, penjaga pintu menyambut semua tamu baik yang berkendara maupun yang berjalan masuk.

v Buka pintu mobil dan arahkan tamu, baik ke ruang konferensi, restoran, atau acara lainnya. Bila perlu, bantu memarkir kendaraan.

v Tidak ada tamu yang menunggu lebih dari 3 menit dalam antrean sebelum dilayani. Jika antrean panjang, lebih banyak staf didatangkan untuk membantu.

v Kasir resepsi harus melihat sekeliling lobi dan meyakinkan para tamu bahwa mereka akan dilayani segera.

v Menyambut tamu dengan menggunakan nama hotel serta nama tamu jika diketahui.

v Porter menyediakan handuk serta jus selamat datang saat tamu sedang mengisi kartu registrasi.

v Konfirmasikan tipe kamar, paket makan, tanggal keberangkatan, dan cara pembayaran. Staf meja depan akan menjual tamu ke suite berdasarkan kebutuhan awal.

v Untuk tamu berulang, staf akan mengenali mereka dengan memberikan beberapa detail dari sejarah tamu tersebut. Hal ini membuat tamu merasa dihargai dan dihargai.

SOP Kedatangan Tamu | Proses Check-In

·        Proses check-in di meja depan tidak lebih dari 3 menit.

·        Setelah selesai check-in, porter mengantar para tamu ke kamar mereka.

·        Kasir memperkenalkan portir kepada tamu. Misalnya, “Tuan. KYZ, ini James portir kami yang akan mengantarmu ke kamarmu.”

·        Porter mengakui pelanggan dan menawarkan bantuan.

·        Portir dengan sopan meminta para tamu untuk mengidentifikasi barang bawaannya.

·        Porter menunjukkan Outlet F&B dalam perjalanan ke kamar. Dia menjelaskan kepada tamu di mana mereka dapat mengambil makanan dan minuman.

·        Saat mencapai ruangan, portir menyoroti beragam fasilitas dan cara pengoperasiannya. Diantaranya adalah lampu, AC, televisi, dan atau lemari es.

·        Portir kemudian mengucapkan selamat tinggal kepada para tamu. Selain itu, ia memberitahu mereka untuk menghubungi ekstensi layanan kamar, resepsionis, atau hubungan tamu jika mereka membutuhkan bantuan.

·        Mendistribusikan bagasi tamu untuk rombongan ke kamar individu dalam waktu 5 menit setelah check-in.

·        Tangani dengan hati-hati dan aman semua barang bawaan tamu yang tertinggal di penyimpanan hotel. Simpan dengan rapi dan sistematis di departemen keamanan.

 

Setiap hotel memiliki kebijakan check-in beragam yang disiapkan oleh manajemen puncak. Beberapa hotel membutuhkan waktu lebih lama untuk check-in dibandingkan hotel lainnya. Namun sebagai pelaku bisnis perhotelan, lakukan yang terbaik dengan menghargai setiap menit yang dihabiskan oleh tamu Anda di fasilitas Anda.

PROSEDUR KEBERANGKATAN TAMU HOTEL

SOP Keberangkatan Tamu memeriksa berbagai tindakan yang terjadi selama checkout serta penyelesaian tagihan. Check-out dilakukan oleh staf bagian penerima tamu dan departemen terkait lainnya seperti titik penjualan, dan layanan kamar.

Pembayaran rekening tamu bergantung pada sistem pembukuan kantor depan yang efisien yang menyimpan folio tamu dengan benar. Selain itu, ini mengautentikasi dan mengotorisasi teknik pembayaran sekaligus menyelesaikan perbedaan saldo akun. Hotel merasa sangat efektif untuk membersihkan akun tamu meskipun tamu tersebut masih berada di hotel. Para tamu dapat membayar tagihan dengan uang tunai, kartu kredit, menunda pembayaran ke entitas penagihan langsung yang diterima. Alternatifnya, mereka dapat melunasi tagihannya menggunakan kombinasi metode pembayaran.

Mayoritas hotel mengharuskan tamu untuk menyatakan metode penyelesaian akhir mereka saat pendaftaran. Kantor depan harus mengkonfirmasi atau mengautentikasi kartu kredit tamu atau rincian penagihan langsung. Ini harus dilakukan sebelum dia mendekati meja untuk check out.

1.     SOP Keberangkatan Tamu | Di Meja Lonceng

Gambar meja bel hotel di lobiSaat check-out, tiket keluar bagasi harus diperoleh dari kasir. Ini harus menunjukkan bahwa para tamu telah membayar tagihan mereka dan menyerahkan kunci kamar. Petugas pelayan membuat kartu keberangkatan dan membawanya ke ruang tamu untuk mengambil barang bawaan.

Kapten lonceng membuat entri yang sama di lembar kendalinya. Ruang keberangkatan diperiksa oleh housekeeping supervisor atau room steward untuk memastikan tidak ada yang tertinggal oleh tamu. Departemen tata graha memeriksa mini bar untuk mengetahui apakah segala sesuatu yang diambil oleh tamu dibebankan pada tagihan.

2.     SOP Keberangkatan Tamu | Di Meja Resepsionis

Gambar resepsi hotelResepsionis meja depan memastikan daftar pembayaran yang diantisipasi untuk hari itu. Ia mengonfirmasikan tanggal dan waktu check-out kepada tamu. Tulis slip pemberitahuan keberangkatan untuk menginformasikan departemen lain tentang keberangkatan tamu. Sesuaikan rak ruangan jika Anda menggunakan sistem manual. Yang terpenting, perbarui juga daftar checkout.

3.     SOP Keberangkatan Tamu | Di Meja Kasir

Ilustrasi meja kasir resepsi hotelSaat check-out, berikan tamu salinan terakhir folio akun mereka untuk evaluasi dan pembayaran. Staf Front Office harus mengonfirmasi mode yang diusulkan tamu untuk menyelesaikan akun. Tamu dapat memastikan kredit dengan memberikan kartu kredit. Namun, mereka dapat memilih untuk membayar tagihan mereka secara tunai atau menggunakan Cek Perjalanan. Jangan menagih akun VIP, tamu istimewa, dan perusahaan jika ditandai untuk penagihan langsung.

 

Berikut ini adalah praktik terbaik dalam menangani keberangkatan tamu secara profesional;

Catatan: Standar ini bervariasi dari satu fasilitas ke fasilitas lainnya tergantung pada tingkat layanan dan otomatisasi. Beberapa kantor depan menyediakan check-out otomatis dan cepat.

Prosedur Langkah Demi Langkah Untuk Menangani Tamu Saat Keberangkatan

Ikrar : Memberikan pelayanan keberangkatan yang cepat dan ramah sehingga menggugah perasaan tamu untuk kembali ke belakang. Selain itu, mereka akan merekomendasikan hotel Anda kepada teman-temannya.

v Tidak ada tamu yang menunggu lebih dari tiga menit dalam antrean di resepsi sebelum dilayani. Jika tertunda, seorang anggota staf akan menemuinya dan menjelaskan penundaan tersebut.

v Kasir resepsi harus ramah dan mudah bergaul, tidak terkubur dalam catatan.

v Tagihan tamu harus jelas, mudah dibaca, dan tepat. Jangan menunda tamu dengan mengirimkan staf untuk mengonfirmasi konsumsi minibar.

v Tangani semua pertanyaan tagihan dengan nyaman tanpa keraguan atau percakapan. Semua kredensial cadangan harus mudah diakses.

v Saat menyiapkan tagihan, libatkan klien dalam obrolan untuk memastikan bagaimana pengalaman mereka di hotel Anda.

v Lipat tagihan dengan rapi atau stempel voucher kartu kredit jika diperlukan. Selain itu, keluarkan tiket bagasi dan tanda terima yang sesuai untuk pelunasan tagihan.

v Memberi isyarat kepada portir untuk mengatur dan membantu membawa barang bawaan.

v Ambil bagasi dalam waktu 5 menit setelah check out.

v Tanyakan kepada tamu apakah mereka memerlukan dukungan transportasi ke bandara atau di pusat kota.

v Berikan anotasi selamat tinggal yang menyenangkan kepada semua tamu seperti “terima kasih atas dukungan Anda”. Selain itu, undanglah mereka untuk berkunjung kembali karena Anda berharap perjalanan mereka aman atau hari yang menyenangkan.

v Teruskan masukan apa pun dari tamu kepada atasan atau petugas hubungan tamu Anda.

 

Setiap hotel memiliki pedoman keberangkatan tamu bervariasi yang disusun oleh manajemen eksekutif. Hotel tertentu membutuhkan waktu ekstra untuk checkout dibandingkan hotel lainnya. Namun, pelaku bisnis perhotelan harus melakukan yang terbaik untuk memperhitungkan setiap menit yang dihabiskan oleh tamu di hotel Anda.

 

 

Tulisan ini dibuat di Jakarta 9 Juni 2024

Untuk melengkapi tugas Praktek Mandiri 2 pada Kelas Menyediakan Layanan Resepsionis Front Office Hotel.

 

Basuki Dwi Putranto.

Sabtu, 15 Juni 2019

TAUHID RUBUBIYAH




Tauhid ar-Rubûbiyah adalah mengimani bahwa Allâh itu ada dan meyakini keesaan-Nya dalam segala perbuatan-Nya. Atau meyakini bahwa Allâh adalah al-Khâliq (Pencipta), ar-Râziq (Pemberi rezeki), al-Mudabbir (Pengatur/Penguasa) segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Atau: meyakini keesaan Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan segala perbuatan-Nya. [Lihat, Majmû’at Tauhîd, 1/5]

Cakupan Tauhid ar-Rubûbiyah

Tauhid ar-Rubûbiyah mencakup hal-hal sebagai berikut:


  • Mengimani keberadaan Allâh Subhanahu wa Ta’ala
  • Mengakui bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah al-Khâliq (Pencipta), al-Mâlik (Pemilik), ar-Râziq (Pemberi rezeki) segala sesuatu, juga mengimani dan mengakui bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat, yang mendatangkan madharat, satu-satunya yang bisa mengabulkan doa, segala urusan menjadi hak-Nya, seluruh kebaikan ada di tangan-Nya, maha kuasa terhadap segala sesuatu, yang menetapkan segala sesuatu, yang mengatur dan mengurusi semuanya; Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam semua perkara itu. [Lihat, Syarah ath-Thahâwiyah, hlm. 25; Madârijus Sâlikîn, Bab Tauhîd, 1/33-46; Taisîrul Azîzil Hamîd, hlm. 17; Al-Qaululs Sadîd, hlm. 18; dan Ma’ârijul Qabûl, 1/99]


Banyak sekali dalil dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tentang penetapan rubûbiyah Allâh Azza wa Jalla terhadap makhluk-Nya. Semua nash yang ada penyebutan kata ar-Rabb (Penguasa) atau di dalamnya disebutkan kekhususan rubûbiyah, seperti menciptakan, memberi rezeki, memiliki, menetapkan, mengatur, dan lainnya, maka itu termasuk dalil rubûbiyah (kekuasaan/pemeliharaan) Allâh Azza wa Jalla.

Misalnya, firman Allâh Azza wa Jalla :


الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. [Al-Fâtihah/1: 2]


juga firman-Nya:


أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allâh. [Al-A’râf/7: 54]


Juga firman-Nya:


قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ

Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu?” [Al-Mukminûn/23: 88]



Perintah Memikirkan Ayat-Ayat Allâh

Allâh Azza wa Jalla telah memerintahkan para hamba-Nya untuk memperhatikan dan memikirkan ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla yang nyata, berupa makhluk-makhluk yang berada di atas langit atau di bawahnya, sehingga mereka mendapatkan bukti rubûbiyah (kekuasaan/pemeliharaan) Allâh Azza wa Jalla .
Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ ﴿٢٠﴾ وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? [Adz-Dzâriyyat/51: 20-21]

Allâh, Al-Bâri (Pencipta) telah memberitakan bahwa di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) yang banyak yang menunjukkan keagungan Penciptanya dan kekuasaan-Nya yang mengagumkan. Misalnya, berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, gunung, padang sahara, padang pasir, lautan, dan sungai.

Demikian juga di dalam penciptaan manusia terdapat banyak tanda kekuasaan Allâh yang menunjukkan rubûbiyah Allâh Azza wa Jalla . Di antaranya, susunan anggota tubuh manusia yang memiliki banyak hikmah dalam penempatan semuanya pada tempat-tempat yang dibutuhkan. Juga perbedaan berbagai bahasa manusia, warna kulit, akal, pemahaman, gerakan, dan kehendak serta kekuatan yang telah Allâh ciptakan pada mereka. Demikian juga dalam permulaan penciptaan manusia terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) yang sangat besar. Karena sebelum menjadi sosok manusia, dia hanya setetes air mani, lalu menjadi segumpal darah, segumpal daging, lalu Allâh Azza wa Jalla ciptakan tulang-tulang, Allâh ciptakan ruh padanya, sehingga kahirnya, manusia bisa mendengar dan melihat. Allâh Azza wa Jalla mengeluarkan janin dari perut ibunya sebagai bayi mungil yang lemah. Kemudian seiring pertambahan umur, kekuatannya dan gerakannya semakin sempurna. Sehingga manusia mampu membangun kota-kota dan benteng-benteng,  bisa bepergian ke berbagai penjuru dunia, mencari dan mengumpulkan harta. Manusia memiliki fikiran, pendapat, dan ilmu, sesuai keadaan yang Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Maha suci Allâh Yang memberikan kekuatan kepada manusia, memudahkan mereka, membagi mereka di berbagai macam pekerjaan dan penghidupan, membedakan di antara mereka dalam masalah ilmu, fikiran, kekayaan, kemiskinan, dan lainnya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:


وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah/2: 163]

Dalam ayat ini, Allâh menyebutkan tentang tauhid ulûhiyah, lalu pada ayat setelahnya, Allâh menyebutkan dalilnya dengan menyebutkan sebagian kekhususan rubûbiyah-Nya:



إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allâh turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allâh) bagi kaum yang memikirkan. [Al-Baqarah/2: 164]

Diriwayatkan dari sebagian Salaf bahwa dia berkata, “Ketika turun ayat yang pertama, orang-orang musyrik menuntut dalil (bukti) bahwa tidak ada ilah (tuhan) yang haq melainkan Allâh, maka turunlah ayat kedua.
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:


أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿١٧﴾ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ﴿١٨﴾ وَإِلَى الْجِبَالِ 
كَيْفَ نُصِبَتْ ﴿١٩﴾ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ


Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? [Al-Ghâsyiyah/88: 17-20]


Perkataan Ulama Dan Hukama Yang Berdalil Dengan Ayat –Ayat Kauniyah


Banyak Ulama (para ahli ilmu agama) dan hukama (orang-orang bijak) dari kalangan orang-orang yang bertauhid menunjukkan bukti rubûbiyah Allâh dengan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allâh yang berada di alam semesta). Ada berbagai perkataan, khutbah dan sya’ir yang terkenal. Di antaranya adalah perkataan Ibnul Mu’taz:

فَيَا عَجَبًا كَيْفَ يُعْصِى الإِلَهَ         أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ الْجَاحِدُ
وَلله فِي كُلِّ تَحْرِيْكَةٍ        وَفِي كُلِّ تَسْكِيْنَةٍ شَاهِدٌ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ آيَةٌ      تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدٌ

Alangkah mengherankan, bagaimana Allâh dimaksiati            

atau bagaimana ada orang yang mengingkariNya

Sedangkan pada semua gerakan

dan semua keadaan diam, Allâh memiliki saksi (kekuasaan)

Dan Dia memiliki tanda (kekuasaan) pada segala sesuatu

yang menunjukkan bahwa Dia Esa



Pengakuan Tauhid ar-Rubûbiyah Saja Tidak Cukup


Tauhid rubûbiyah saja tidak cukup untuk menjadikan seseorang masuk agam Islam, karena orang-orang musyrik zaman dahulu juga mengakui tauhid rubûbiyah, tetapi hal itu tidak bermanfaat buat mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai orang Islam. Karena mereka masih menyekutukan Allâh dalam tauhid ulûhiyah, dengan mempersembahkan sebagian jenis ibadah, seperti doa, penyembelihan hewan dan istighatsah (memohon dihilangkan kesusahan)  kepada sesembahan-sesembahan mereka, berupa patung, malaikat, dan lainnya. [Lihat Majmû’ Fatâwâ Ibnu Taimiyah, 3/96-102]

Imam Muhammad bin Isma’il ash-Shan’ani t , seorang Ulama Yaman, berkata, “Orang-orang musyrik yang didatangi oleh para Rasul, utusan Allâh itu mengakui bahwa Allâh Pencipta mereka.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allâh”. [Az-Zukhruf/43: 87]


Mereka juga mengakui bahwa Allâh Pencipta langit dan bumi. Allâh Azza wa Jalla berfirman:


وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ

Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” [Az-Zukhruf/43: 9]


Mereka mengakui bahwa Allâh Azza wa Jalla yang memberi rezeki, yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Allâh yang mengatur segala urusan dari langit ke bumi, dan Allâh yang berkuasa menciptakan pendengaran, penglihatan, dan akal. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
 
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allâh.” Maka katakanlah “Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” [Yûnus/10: 31]

قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٨٤﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٨٥﴾ قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ﴿٨٦﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿٨٧﴾ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٨٨﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ


Katakanlah, “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak ingat?”

Katakanlah, “Siapakah Yang Rabb (pemilik)  langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak bertakwa?”

Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” [Al-Mukminûn/23: 84-89]

 
Fir’aun yang terkenal dengan kekafirannya yang melampaui batas, pengakuannya yang sangat keji, perkataannya yang sangat buruk, yaitu klaimnya bahwa rubûbiyah dan ulûhiyah adalah miliknya, dengan ucapannya:


يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي
Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku [Al-Qashshash/28: 38]
Namun Allâh Azza wa Jalla berfirman menghikayatkan tentang ucapan Nabi Musa kepada Fir’aun, yang menunjukkan bahwa hati Fir’aun mengakui keberadaan dan kekuasaan Allâh Azza wa Jalla serta kebenaran mu’jizat Nabi Musa Alaihissallam:
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا أَنْزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ
Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb Yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” [Al-Isra’/17: 102]
Iblis juga dengan perkataan-perkataannya menunjukkan bahwa dia mengakui keberadaan dan kekuasaan Allâh Azza wa Jalla . Inilah di antara perkataan Iblis:
إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allâh, Rabb semesta Alam. [Al-Hasyr/59: 16]
Iblis juga mengatakan:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
Wahai Rabbku! oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat…”. [Al-Hijr/15: 38]
Semua orang musyrik mengakui bahwa Allâh adalah Penciptanya dan pencipta langit dan bumi, pemilik langit dan bumi dan semua yang ada di antara keduanya, dan pemberi rezeki kepada mereka semua. Oleh karena itu para Rasul berargumen kepada mereka dengan perkataan:
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ لَا يَخْلُقُ ۗ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan (apa-apa) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. [An-Nahl/16: 17]
Dan dengan perkataan:
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.[Al-Hajj/22: 73]
Dan orang-orang musyrik mengakuinya, tidak mengingkarinya”. Sekian nukilan perkataan imam Ash-Shan’ani rahimahullah .***




[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
 

 _______
Footnote
[1] Disadur oleh Abu Isma’il Muslim al-Atsari dari kitab Tas-hîl al-‘Aqîdah al-Islâmiyyah, hlm. 41-46, penerbit: Darul ‘Ushaimi lin nasyr wa tauzi’, karya Prof. Dr. Abdullah bin Abdul ‘Aziz bin Hammaadah al-Jibrin dan beberapa rujkan yang lain.


Sumber tulisan