Prinsip Teknologi
Plasma untuk Pengolahan Air
Pengolahan air minum dengan sistem plasma dapat menggantikan
pemakaian klorin dan karbon aktif yang biasa digunakan untuk membunuh
mikroorganisme dan menghilangkan kandungan senyawa organik yang berbahaya yang
ada dalam air minum. Tegangan tinggi merupakan parameter yang sangat
berpengaruh dalam sistem plasma (Ariza dkk).
Plasma dalam air juga berperan dalam berbagai proses
pengoksidasian senyawa organik. Aksi reaksi yang terjadi pada ion dan elektron
dalam plasma di dalam limbah cair industri berlanjut dengan terbentuknya sinar
ultraviolet dan shockwave. Akibat ion dan elektron yang dihasilkan teknologi
plasma mempunyai energi yang sangat tinggi yang menyebabkan air (H2O) akan
terurai dan menghasilkan spesies aktif seperti OH, O, H dan H2O2.
H2O menjadi OH- dan H2
2H2O + 2e- → 2 OH- + H2
H2O menjadi H2O2
2H2O
→ H2O2 + 2H+ + 2e-
H2O menjadi O2
2H2O → 4H+
+ O2 + 4e-
Ilustrasi dari electrical discharge plasmas dari air
ditampilkan pada Gambar 2 (Tuhu dkk).
Spesies aktif tersebut merupakan oksidan kuat yang dapat
mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus membunuh bakteri dalam limbah
cair tersebut, spesies aktif tersebut kemudian bereaksi dengan unsur karbon
(C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S) yang terdapat dalam
limbah cair industri tersebut. Tumbukan elektron dan ion dengan molekul molekul
mengakibatkan terjadi reaksi kimia melalui oksidasi dan reduksi yang ditunjukan
pada reaksi-reaksi berikut (Tuhu dkk).
2 C + O2 → 2 CO
2 CO + O2 → 2 CO2
H+ + OH- → H2O
2H2 + O2 → 2 H2O
OH+ OH →
H2O2
2 H+ + 2 e- → H2
N2 + O2 → 2 NO
Zat yang terbentuk dari reaksi plasma dengan bahan organik
limbah cair industri tersebut berupa gas. Apabila zat hasil reaksi berfasa gas
maka akan keluar gelembung-gelembung gas disekitar batang katoda yang kemudian
akan bergerak keatas permukaan air, jadi semakin banyak gas yang keluar dan
kotoran yang mengendap pada pengolahan limbah cair industri tahu menggunakan
teknologi plasma, maka kandungan COD dan TSS dalam limbah cair tersebut juga
akan berkurang (Tuhu dkk).
Perkembangan Teknologi
Plasma untuk Pengolahan Air
Perkembangan teknologi penggunaan plasma untuk pengolahan air
berkembang dengan cukup pesat. Teknologi pengolahan tersebut dapat dikelompokan
menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut.
1. Remote
(Ozone)
Ozon banyak dipergunakan dalam proses
oksidasi, dekolorasi, sterilisasi,dan deodorisasi dan dapat digunakan untuk
mengolah limbah cair industri, rumah sakit, hotel, dan juga untuk proses
pencucian bahan makanan dan peralatan medik dalam bentuk air berozon (ozonized
water). Komponen-komponen utama alat pembuat air berozon disederhanakan menjadi
satu sistem terpadu, tanpa pipa penghubung, dengan membuat pipa gas dan pipa
air pada satu poros untuk menghasilkan air berozon dengan konsentrasi tinggi.
Air yang digunakan sekaligus berfungsi sebagai pendingin alat ozonizer.
Penyempurnaan alat ini dari alat sejenis dengan metode plasma mampu
meningkatkan efisiensi pembentukan ozon dan tidak memerlukan pendingin khusus
pada ozonizer tersebut.
Pada pengolahan air menggunakan
sistem plasma ini, pertama-tama oksigen yang berada dalam kondisi cair diuapkan
menggunakan evaporator sebelum masuk ke dalam ozone generator. Di dalam ozone
generator, oksigen akan diubah menjadi ozone dan selanjutnya dialirkan ke dalam
air. Ilustrasi dari pengolahan air dengan sistem plasma remote (Ozone)
ditampilkan pada Gambar 3.
2. Indirect
(Electron beam)
Perkembangan penggunaan teknologi
plasma electron beam (EB) awalnya dapat digunakan untuk pengolahan udara dan
air. Manfaat dari penggunaan plasma jenis ini adalah penurunan jumlah energi
atau daya yang digunakan dan menaikan laju dari reaksi kimia pada penggunaan
plasma (Lovtsov, 2004).
Untuk pengolahan udara sendiri salah
satu teknologi EB yang digunakan adalah untuk menghilangkan SiCl4 dengan cara
mengkonversi senyawa tersebut menjadi SiHCL. Prinsip kerja dari EB untuk
pengolahan udara adalah dengan melakukan proses ekstraksi EB ke dalam gas yang
mengandung impurities pada tekanan atmosferik. Diagram alir dari teknologi ini
ditampilkan pada Gambar 4 (Lovtsov, 2004).
Unit untuk suplai daya utama (1)
adalah konverter frekuensi yang mengubah standar tiga fasa dengan tegangan 380
V, 50 Hz ke variabel tegangan dengan frekuensi 1kHz. Transformer rectifier unit
(TRU) (2) berfungsi untuk menaikan tegangan hingga 100 kV, serta melakukan
filtrasi awal. Electron gun (3) menerima suplai tegangan dari TRU. EB (4) zona
pembentukan electron gun (3). Perangkat ekstraksi (5) memberikan penurunan
tekanan yang diperlukan untuk operasi sistem (Lovtsov, 2004).
Sistem berikut diperlukan untuk
keberhasilan operasi: sistem vakum (6) diperlukan untuk menyediakan penurunan
tekanan. Sistem magnetik (7) digunakan untuk menghalangi peningkatan jari-jari
EB radius. Focusing solenoids power supply system (8) dan sistem pendingin
untuk solenoida (9). Pemotong sistem (10) dirancang untuk memotong perangkat
ekstraksi dan pistol elektron dari gas korosif dari daerah operasi (Lovtsov,
2004).
Untuk pengolahan air sendiri, prinsip
dari teknologi ini adalah emisi elektron termal dari filamen dalam ruang hampa
yang kemudian dipercepat oleh medan listrik yang tinggi. Kemudian akan
terbentuk lapisan film Ti atau BN karena adanya efek tunnels.
Ilustrasi dari pengolahan air dengan
sistem plasma indirect (Electron beam) ditampilkan pada Gambar 6.
3. Direct
(Electrical discharges in water)
Salah satu jenis teknologi plasma
yang sedang berkembang pada saat ini adalah teknologi plasma menggunkan
electrical discharges dengan spesifikasi corona discharges dalam reaktor
campuran air dengan udara. Discharges terbentuk diatas air dan bisa membentuk
ozon serta berbagai macam oksidator seperti hydroxyl dan UV. Teknologi ini juga
sering disebut dengan CAW reaktor (Grabowski, 2006).
Dalam teknologi ini, diterapkan
pengolahan air dengan mengalirkan listrik di media heterogen. Proses ini
didasarkan pada penggunaan proses oksidasi canggih untuk menciptakan oksidasi
kuat secara insitu. Discharges dibuat di udara dan produk reaksi berdifusi ke
lapisan tipis air yang terkontaminasi. Discharges menciptakan ozon, ion, (UV),
photons dan metastables. Radikal pendek akan terbentuk selama discharges
(seperti ozon, hidroksi-radikal (OH), atom oksigen dan hidrogen peroksida
(H2O2) yang sangat berguna untuk membersihkan air karena adanya sifat
non-toksisitas (Grabowski, 2006).
Penggunaan corona discharges untuk
pengolahan air dinilai sangat efektif karena dilakukan dengan teknik ozonisasi
yang mudah (Grabowski).
Dalam teknik CAW, selain hidroksil
radikal dan ion korona juga menghasilkan ozon. Ozon berdifusi ke dalam fase
cair dan mengoksidasi senyawa target. Radikal hidroksil tidak dapat mencapai
permukaan cairan, karena reaktivitas yang tinggi, namun bisa menghasilkan
hidrogen peroksida (Grabowski).
Salah satu manfaat menggunakan CAW
adalah kenyataan bahwa zona yang sangat reaktif berlangsung hanya dalam
streamer, sedangkan sebagian besar gas dan air berada dalam keadaan ambient.
Perbandingan teknologi ini dibanding dengan teknologi plasama dengan menggunakan
aerosol reaktor (air disemprotkan ke aerosol dan produk dari discharges
menyebar ke tetesan), di CAW reaktor permukaan reactivable jauh lebih stabil.
Dengan desain elektroda yang tepat teknik CAW memberikan distribusi seragam di
di seluruh ruangan antara elektorda (Grabowski, 2006).
Sistem pengolahan air menggunakan CAW
Komponen utama dari sistem pengolahan
air mneggunakan CAW adalah reaktor persegi dengan sistem elektroda,
high-voltage pulse generator dan sistem diagnosa (Grabowski, 2006).
Reaktor
Reaktor yang digunakan adalah reaktor
dengan konstruksi kedap udara untuk mencegah produk korona keluar dari reaktor.
Reaktor terbuat dari Perspex dengan dimensi 8 x 5,5 x 38 cm dan ketebalan
dinding samping adalah 10 mm serta dinding bawah 4mm. 4 elektroda, 0,2 mm,
ditempatkan di sampul reaktor. Katoda ditempatkan di luar reaktor, di sisi
bawah seperti yang ditampilkan pada Gambar 7 (Grabowski, 2006).
Jarak horizontal antar elektroda
adalah 2 cm, jarak antara anoda dan katoda adalah 4.5 cm dan volume air yang
digunakan adalah 250 ml untuk mencapai ketinggian air 1 cm (Grabowski, 2006).
Sistem rangkaian listrik
Pembangkit listrik berdenyut berulang
adalah teknologi yang memungkinkan untuk aplikasi dari pulse corona discharges.
Prototipe dari pembangkit listrik berdenyut berulang yang tersedia telah
dibuktikan di laboratorium dan di uji coba lapangan. Generator ini bekerja
dengan spark-gap yang dapat dikombinasikan dengan transmission line
transformer. Jangka pakai yang lama dinilai dapat dimanfaatkan dalam dunia
industry (Grabowski, 2006).
Selama melakukan uji test yang
pertama ditampilkan sistem rangkain listrik yang digunakan pada Gambar 8.
Pendukung daya bekerja pada tegangan maksimal 40kV dengan tingkat pengulangan
dari 20 sampai 50Hz. Arus pada sumber DC sekitar yang digunakan berkisar
sekitar 200A (Grabowski, 2006).
Generator listrik berdenyut yang
digunakan ditunjukkan pada Gambar 9. Tegangan, arus, daya dan bentuk gelombang
energi yang digunakan ditampilkan pada Gambar 10. Capacitor C dialirkan melalui
transmisi line transformator (TLT) melalui switch sparkgap, dengan tingkat
pengulangan sampai sekitar 100 pps.
Deskripsi rinci dari TLT diberikan
dalam [1,10]. TLT yang digunakan di sini terdiri dari empat kabel koaksial 50
ohm. Pada sisi generator, kabel dihubungkan secara paralel, sehingga memberikan
impedansi yang rendah untuk kapasitor (12,5 ohm). Pada sisi reaktor, kabel
dihubungkan secara seri. Impedansi keluaran sebesar 200 ohm memberikan
pencocokan yang lebih baik dengan reaktor korona. Selain itu, tegangan keluaran
akan meningkat.
Fungsi utama dari TLT adalah:
- transformasi impedansi memberikan switching dan pencocokan yang lebih baik dengan reaktor corona,
- meningkatkan tegangan output, dan
- perlindungan saklar terhadap terjadinya arus pendek dan kerusakan.
Kinerja TLT tergantung dari seberapa
besar inti magnetic yang digunakan. Pada teknologi ini, tidak ada inti magnetik
yang digunakan. Akibatnya, impedansi rendah membatasi transformasi tegangan dan
adanya osilasi pada tegangan yang terjadi (Gambar 10). Karena osilasi ini,,
negative corona discharge akan terjadi setelah 200 ns (Grabowski, 2006).
Untuk mendiagnosa efisiensi dari reaktor yang
digunakan maka dipasang sistem diagnosa yang mengukur senyawa LIF dari senyawa
yang dihasilkan (Grabowski, 2006).
Teknologi pengolahan air menggunakan
plasma merupakan salah satu jalur alternatif pengolahan air yang cukup efisien.
Teknologi ini menerapkan metode daur ulang air limbah yang dihasilkan dalam
proses produksi, sehingga tidak berbahaya ketika dibuang ke lingkungan. Namun
teknologi ini masih jarang digunakan karena masih jarang diketahui masyarakat
luas. Di Indonesia sendiri perkembangan teknologi pengolahan plasma sedang
dikembangankan lebih lanjut . Salah satunya adalah Advanced Oxydation Process
(proses oksidasi lanjutan. AOP adalah satu atau kombinasi dari beberapa proses,
seperti ozon, hidrogen, peroksid, sinar ultraviolet, titanium oksida, foto
katalis, serta beberapa proses lainnya untuk menghasilkan hidroksil radikal.
Hidroksil radikal sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa lain yang ada di
sekitarnya.
Oksida merupakan sebuah unit
pengolahan air limbah yang dapat digunakan berpindah-pindah atau bergerak
(mobile) maupun secara tetap (stationary). Unit bergerak Oksida dapat memenuhi
kebutuhan industri kecil dan menengah atau rumah sakit dan puskesmas yang tidak
memiliki lahan yang luas untuk instalasi pengolahan air limbah. Adapun untuk
industri besar, Oksida dapat diinstalasi secara tetap seperti halnya sistem
IPAL (instalasi pengolahan air limbah) yang sudah ada.
Disadur dari tulisan
Hendro Amril
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung
Salam Pak, untuk bikin korona pada reaktor ozon diperlukan tegangan, arus, dan daya berapa? Saya coba gunakan flyback tv dirangkai dengan ballas CFL tapi tidak bisa menghasilkan korona. Bahkan hanya menghasilkan loncatan listrik sekitar 1 cm. Apakah input flyback kurang besar? Terimakasih.
BalasHapusMaaf Pak Apen, saya baru merespon. Untuk hal ini saya juga masih mempelajarinya.
Hapus