Tauhid ar-Rubûbiyah adalah mengimani bahwa Allâh itu ada dan meyakini keesaan-Nya dalam segala perbuatan-Nya. Atau meyakini bahwa Allâh adalah al-Khâliq (Pencipta), ar-Râziq (Pemberi rezeki), al-Mudabbir (Pengatur/Penguasa) segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Atau: meyakini keesaan Allâh
Subhanahu wa Ta’ala dengan segala perbuatan-Nya. [Lihat, Majmû’at Tauhîd, 1/5]
Cakupan Tauhid ar-Rubûbiyah
Tauhid ar-Rubûbiyah
mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Mengimani keberadaan Allâh Subhanahu wa Ta’ala
- Mengakui bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah al-Khâliq (Pencipta), al-Mâlik (Pemilik), ar-Râziq (Pemberi rezeki) segala sesuatu, juga mengimani dan mengakui bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah yang menghidupkan, yang mematikan, yang memberi manfaat, yang mendatangkan madharat, satu-satunya yang bisa mengabulkan doa, segala urusan menjadi hak-Nya, seluruh kebaikan ada di tangan-Nya, maha kuasa terhadap segala sesuatu, yang menetapkan segala sesuatu, yang mengatur dan mengurusi semuanya; Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam semua perkara itu. [Lihat, Syarah ath-Thahâwiyah, hlm. 25; Madârijus Sâlikîn, Bab Tauhîd, 1/33-46; Taisîrul Azîzil Hamîd, hlm. 17; Al-Qaululs Sadîd, hlm. 18; dan Ma’ârijul Qabûl, 1/99]
Banyak sekali dalil dalam al-Qur’an dan as-Sunnah tentang
penetapan rubûbiyah Allâh Azza wa Jalla terhadap makhluk-Nya. Semua nash yang
ada penyebutan kata ar-Rabb (Penguasa) atau di dalamnya disebutkan kekhususan
rubûbiyah, seperti menciptakan, memberi rezeki, memiliki, menetapkan, mengatur,
dan lainnya, maka itu termasuk dalil rubûbiyah (kekuasaan/pemeliharaan) Allâh
Azza wa Jalla.
Misalnya, firman Allâh Azza wa Jalla :
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala puji bagi Allâh, Rabb semesta alam. [Al-Fâtihah/1:
2]
juga firman-Nya:
أَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allâh.
[Al-A’râf/7: 54]
Juga firman-Nya:
قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan
atas segala sesuatu?” [Al-Mukminûn/23: 88]
Perintah Memikirkan Ayat-Ayat Allâh
Allâh Azza wa Jalla telah memerintahkan para hamba-Nya untuk
memperhatikan dan memikirkan ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla yang nyata, berupa
makhluk-makhluk yang berada di atas langit atau di bawahnya, sehingga mereka
mendapatkan bukti rubûbiyah (kekuasaan/pemeliharaan) Allâh Azza wa Jalla
.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَفِي الْأَرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ ﴿٢٠﴾ وَفِي
أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh)
bagi orang-orang yang yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu
tidak memperhatikan? [Adz-Dzâriyyat/51: 20-21]
Allâh, Al-Bâri (Pencipta) telah memberitakan bahwa di
bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) yang banyak yang menunjukkan
keagungan Penciptanya dan kekuasaan-Nya yang mengagumkan. Misalnya, berbagai
jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, gunung, padang sahara, padang pasir, lautan, dan
sungai.
Demikian juga di dalam penciptaan manusia terdapat banyak
tanda kekuasaan Allâh yang menunjukkan rubûbiyah Allâh Azza wa Jalla .
Di antaranya, susunan anggota tubuh manusia yang memiliki banyak hikmah dalam
penempatan semuanya pada tempat-tempat yang dibutuhkan. Juga perbedaan berbagai
bahasa manusia, warna kulit, akal, pemahaman, gerakan, dan kehendak serta
kekuatan yang telah Allâh ciptakan pada mereka. Demikian juga dalam permulaan
penciptaan manusia terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allâh) yang sangat besar.
Karena sebelum menjadi sosok manusia, dia hanya setetes air mani, lalu menjadi
segumpal darah, segumpal daging, lalu Allâh Azza wa Jalla ciptakan
tulang-tulang, Allâh ciptakan ruh padanya, sehingga kahirnya, manusia bisa
mendengar dan melihat. Allâh Azza wa Jalla mengeluarkan janin dari perut ibunya
sebagai bayi mungil yang lemah. Kemudian seiring pertambahan umur, kekuatannya
dan gerakannya semakin sempurna. Sehingga manusia mampu membangun kota-kota dan
benteng-benteng, bisa bepergian ke berbagai penjuru dunia, mencari dan
mengumpulkan harta. Manusia memiliki fikiran, pendapat, dan ilmu, sesuai
keadaan yang Allâh Azza wa Jalla tetapkan. Maha suci Allâh Yang memberikan
kekuatan kepada manusia, memudahkan mereka, membagi mereka di berbagai macam
pekerjaan dan penghidupan, membedakan di antara mereka dalam masalah ilmu,
fikiran, kekayaan, kemiskinan, dan lainnya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ
الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah/2: 163]
Dalam ayat ini, Allâh menyebutkan tentang tauhid ulûhiyah,
lalu pada ayat setelahnya, Allâh menyebutkan dalilnya dengan menyebutkan
sebagian kekhususan rubûbiyah-Nya:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا
أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ
بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang
berguna bagi manusia, dan apa yang Allâh turunkan dari langit berupa air, lalu
dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di
bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan
antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran
Allâh) bagi kaum yang memikirkan. [Al-Baqarah/2: 164]
Diriwayatkan dari sebagian Salaf bahwa dia berkata, “Ketika
turun ayat yang pertama, orang-orang musyrik menuntut dalil (bukti) bahwa tidak
ada ilah (tuhan) yang haq melainkan Allâh, maka turunlah ayat kedua.
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿١٧﴾
وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ﴿١٨﴾ وَإِلَى الْجِبَالِ
كَيْفَ
نُصِبَتْ ﴿١٩﴾ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Maka
apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit,
bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan? [Al-Ghâsyiyah/88:
17-20]
Perkataan Ulama Dan Hukama Yang Berdalil Dengan Ayat
–Ayat Kauniyah
Banyak Ulama (para ahli ilmu agama) dan hukama (orang-orang
bijak) dari kalangan orang-orang yang bertauhid menunjukkan bukti rubûbiyah
Allâh dengan ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda kekuasaan Allâh yang berada
di alam semesta). Ada berbagai perkataan, khutbah dan sya’ir yang terkenal. Di
antaranya adalah perkataan Ibnul Mu’taz:
فَيَا عَجَبًا كَيْفَ
يُعْصِى الإِلَهَ أَمْ كَيْفَ يَجْحَدُهُ
الْجَاحِدُ
وَلله فِي كُلِّ تَحْرِيْكَةٍ
وَفِي كُلِّ تَسْكِيْنَةٍ شَاهِدٌ
وَفِي كُلِّ شَيْءٍ لَهُ
آيَةٌ تَدُلُّ عَلَى أَنَّهُ وَاحِدٌ
Alangkah mengherankan, bagaimana Allâh
dimaksiati
atau bagaimana ada orang yang mengingkariNya
Sedangkan pada semua gerakan
dan semua keadaan diam, Allâh memiliki saksi (kekuasaan)
Dan Dia memiliki tanda (kekuasaan) pada segala sesuatu
yang menunjukkan bahwa Dia Esa
Pengakuan Tauhid ar-Rubûbiyah Saja Tidak Cukup
Tauhid rubûbiyah saja tidak cukup untuk menjadikan
seseorang masuk agam Islam, karena orang-orang musyrik zaman dahulu juga
mengakui tauhid rubûbiyah, tetapi hal itu tidak bermanfaat buat mereka
dan tidak menjadikan mereka sebagai orang Islam. Karena mereka masih
menyekutukan Allâh dalam tauhid ulûhiyah, dengan mempersembahkan
sebagian jenis ibadah, seperti doa, penyembelihan hewan dan istighatsah
(memohon dihilangkan kesusahan) kepada sesembahan-sesembahan mereka,
berupa patung, malaikat, dan lainnya. [Lihat Majmû’ Fatâwâ Ibnu Taimiyah,
3/96-102]
Imam Muhammad bin Isma’il ash-Shan’ani t , seorang Ulama
Yaman, berkata, “Orang-orang musyrik yang didatangi oleh para Rasul, utusan Allâh
itu mengakui bahwa Allâh Pencipta mereka.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah
yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allâh”. [Az-Zukhruf/43:
87]
Mereka juga mengakui bahwa Allâh Pencipta langit dan bumi.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ
مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ خَلَقَهُنَّ الْعَزِيزُ الْعَلِيمُ
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi?”, niscaya mereka akan menjawab: “Semuanya
diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” [Az-Zukhruf/43: 9]
Mereka
mengakui bahwa Allâh Azza wa Jalla yang memberi rezeki, yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Allâh yang
mengatur segala urusan dari langit ke bumi, dan Allâh yang berkuasa menciptakan
pendengaran, penglihatan, dan akal. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ
مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ
الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ ۚ
فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan
penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allâh.” Maka katakanlah “Mangapa kamu
tidak bertakwa kepada-Nya)?” [Yûnus/10: 31]
قُلْ لِمَنِ الْأَرْضُ
وَمَنْ فِيهَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٨٤﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ
قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ ﴿٨٥﴾ قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ
وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ ﴿٨٦﴾ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ
أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿٨٧﴾ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ
وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٨٨﴾
سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ
Katakanlah, “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang
ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab, “Kepunyaan Allâh.”
Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak ingat?”
Katakanlah, “Siapakah Yang Rabb (pemilik) langit
yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?” Mereka akan menjawab,
“Kepunyaan Allâh.” Katakanlah, “Maka apakah kamu tidak bertakwa?”
Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan
atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat
dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab,
“Kepunyaan Allâh.” Katakanlah: “(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu?” [Al-Mukminûn/23: 84-89]
Fir’aun yang terkenal dengan kekafirannya yang melampaui
batas, pengakuannya yang sangat keji, perkataannya yang sangat buruk, yaitu
klaimnya bahwa rubûbiyah dan ulûhiyah adalah miliknya, dengan
ucapannya:
Sumber tulisan
يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ
مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي
Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku [Al-Qashshash/28: 38]
Namun Allâh Azza wa Jalla berfirman menghikayatkan tentang
ucapan Nabi Musa kepada Fir’aun, yang menunjukkan bahwa hati Fir’aun mengakui
keberadaan dan kekuasaan Allâh Azza wa Jalla serta kebenaran mu’jizat Nabi Musa
Alaihissallam:
قَالَ لَقَدْ عَلِمْتَ
مَا أَنْزَلَ هَٰؤُلَاءِ إِلَّا رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ بَصَائِرَ
Musa menjawab, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa
tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb Yang memelihara langit
dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata.” [Al-Isra’/17: 102]
Iblis juga dengan perkataan-perkataannya menunjukkan bahwa
dia mengakui keberadaan dan kekuasaan Allâh Azza wa Jalla . Inilah di antara
perkataan Iblis:
إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
رَبَّ الْعَالَمِينَ
Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena
sesungguhnya aku takut kepada Allâh, Rabb semesta Alam.
[Al-Hasyr/59: 16]
Iblis juga mengatakan:
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي
Wahai Rabbku! oleh sebab Engkau telah memutuskan
bahwa aku sesat…”. [Al-Hijr/15: 38]
Semua orang musyrik mengakui bahwa Allâh adalah Penciptanya
dan pencipta langit dan bumi, pemilik langit dan bumi dan semua yang ada di
antara keduanya, dan pemberi rezeki kepada mereka semua. Oleh karena itu para
Rasul berargumen kepada mereka dengan perkataan:
أَفَمَنْ يَخْلُقُ كَمَنْ
لَا يَخْلُقُ ۗ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang
tidak dapat menciptakan (apa-apa) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran. [An-Nahl/16: 17]
Dan dengan perkataan:
إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ
مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ
يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ
وَالْمَطْلُوبُ
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu
menciptakannya. dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. amat lemahlah yang menyembah
dan amat lemah (pulalah) yang disembah.[Al-Hajj/22: 73]
Dan orang-orang musyrik mengakuinya, tidak mengingkarinya”.
Sekian nukilan perkataan imam Ash-Shan’ani rahimahullah .***
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun
XIX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo –
Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi
08122589079]
_______
Footnote
Footnote
[1] Disadur oleh Abu Isma’il Muslim al-Atsari
dari kitab Tas-hîl al-‘Aqîdah al-Islâmiyyah, hlm. 41-46, penerbit: Darul
‘Ushaimi lin nasyr wa tauzi’, karya Prof. Dr. Abdullah bin Abdul ‘Aziz bin
Hammaadah al-Jibrin dan beberapa rujkan yang lain.
Sumber tulisan