basukidwiputranto.blogspot.com

basukidwiputranto.blogspot.com

Senin, 20 Mei 2013

Thibbun Nabawi

Thibbun nabawi adalah tata cara pengobatan Rosululloh shalallahu alaihi wasallam. Pada masa sekarang ini telah banyak orang yang melupakan atau mungkin belum mengenal thibbun nabawi, hal ini disebabkan karena semakin jauhnya umat Islam sendiri dari agamanya ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin modernnya teknologi pada dunia medis, sehingga banyak umat islam menganggap bahwa tata cara pengobatan warisan Rosululloh sudah ketinggalan zaman dan tidak berlaku lagi untuk masyarakat modern, padahal jika kitasebagai umat islam mau mempelajari dan memahami thibbun nabawi niscaya akan banyak hikmah dan manfaat yang akan kita dapatkan khususnya dalam dunia pengobatan, selain itu tentunya kita juga akan mendapatkan bonus pahala sunah.

Agama islam memang sangat sempurna, didalamnya tidak hanya terkandung tentang perihal kehidupan dan mengenai tata cara beribadah kepada Sang Maha Pencipta agar manusia bisa memperoleh keselamatan dan kebahagian di dunia dan diakhirat, selain itu islam juga banyak memberikan tata cara dan rumusan-rumusan yang berguna dan bermanfaat untuk manusia secara lahir maupun batin, yang juga meliputi masalah kesehatan, thibbun nabawi merupakan tata cara dan kaidah medis yang banyak dicontohkan oleh Rosulullah yang diwariskan melalui para sahabatnya yang mulia. Jika umat islam pada masa sekarang ini mau mempelajari dan meneliti thibbun nabawi dengan sungguh-sungguh dan ikhlas, rasanya bukan suatu yang mustahil jika umat islam akan dapat mengembangkan teknologi pengobatan yang luar biasa hebat yang akan membawa kemaslahatan untuk umat.

Thibbun nabawi merupakan tata cara pengobatan yang didalamnya ada keterkaitan antara cara pengobatan Sang Pencipta dengan tata cara pengobatan manusia, seperti yang telah ditegaskan oleh Allah melalui beberapa firmannya bahwa Allah menciptakan segala yang ada dibumi ini untuk kita. Termasuk segala macam tata cara pengobatan dan obatnya. Maka sudah selayaknya kita sebagai umat islam hendaknya kembali menghidupkan kepercayaan terhadap berbagai jenis obat dan tata cara pengobatan yang diwariskan Rosululloh dan menjadikan thibbun nabawi sebagai metode pengobatan terbaik untuk mengatasi beragam penyakit. Thibbun nabawi meliputi banyak hal, diantaranya adalah, madu, jintan hitam, air mawar, cuka buah, air zam-zam, kurma dan berbagai jenis makanan dan minuman yang menyehatkan lainnya. Selain itu ada pengobatan dengan bekam yaitu pengobatan yang berfungsi mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh dengan cara disayat atau ditusuk dengan jarum, pengoban ruqyah yaitu pengobatan atau terapi dengan bacaan Al-Qur’an ada juga system kompres, karantina dan masih banyak yang lainya.

Semua jenis obat dan tata cara pengobatan tersebut tentunya akan berhasil secara maksimal jika kita meyakininya secara total baik dengan hati maupun pikiran, seperti pernyataan Ibnul Qoyim Al –Juziyah bahwa keyakinan adalah doa. Dalam islam atau dalam thibbun nabawi kita memiliki keyakinan dan doa kepada Allah. Dengan obat dan tata cara pengobatan yang tepat, dosis yang sesuai sekaligus disertai keyakinan yang diiringi dengan doa, Insya Allah tidak ada penyakit yang tidak dapat diobati, kecuali penyakit yang membawa kematian.

Istilah Thibbun Nabawi dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar abad ke-13 M untuk menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan pada Allah, sehing terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurofat.
Berikut ini akan saya paparkan beberapa jenis thibun nabawi yang populer..

Habbatus Sauda’ atau Jinten Hitam atau Syuwainiz

Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha . bahwa ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sungguh dalam habbatus sauda’ ituterdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-
sam.” Saya bertanya, “Apakah as-sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian” .

Habbatus sauda’ berkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal. Biji habbatus sauda’ mengandung 40% minyak takasiri dan 1,4% minyak atsiri, 15 jenis asam amino, protein, Ca, Fe, Na dan K. kandungan aktifnya thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY). Telah terbukti dari berbagai hasil penelitian ilmiah bahwa habbatus sauda’ mengaktifkan kekebalan spesifik/kekebalan didapat, karena ia meningkatkan kadar sel-sel T pembantu, sel-sel T penekan, dan sel-sel pembunuh alami. Beberapa resep penggunaan dan manfaat habbatus sauda’:

1. Ditumbuk, dibuat adonan dangan campuran madu, kemudian diminum setelah dicampur air panas, diminum rutin berhari-hari: menghancurkan batu ginja dan batu kandung kencing, memperlancar air seni, haid dan ASI.
2. Diadon dengan air tepung basah atau tepung yang sudah dimasak, mampu mengeluarkan cacing dengan lebih kuat.
3. Minum minyaknya kira-kira sesendok dicampur air untuk menghilangkan sesa knapas dan sejenisnya.
4. Dimasak dengan cuka dan dipakai berkumur-kumur untuk mengobati sakit gigi karena kedinginan.
5. Digunakan sebagai pembalut dicampu rcuka untuk mengatasi jerawat dan kudisbernanah.
6. Ditumbuk halus, setiap hari dibalurkan ke luka gigitan anjing gila sebagian dua atau tiga kali oles, lalu dibersihkan dengan air.

Untuk konsumsi rutin menjaga kesehatan, sebaiknya dua sendok saja. Sebagian kalangan medis menyatakan bahwa terlalu banyak mengkonsumsinya bisa mematikan.

Madu atau ‘Asl

“Dari perut lebah itu keluar cairan dengan berbagai warna, di dalamnya terdapat kesembuhan bagi manusia.” (QS. An-Nahl: 69)

Beberapa hasil penelitian tentang madu:
1. Bakteri tidak mampu melawan madu.
Dianjurkan memakai madu untuk mengobati luka bakar. Madu memiliki spesifikasi anti proses peradangan (inflammatory activity anti )
2. Madu kaya kandungan antioksidan
Antioksidan fenolat dalam madu memiliki daya aktif tinggi serta bisa meningkatkan perlawanan tubuh terhadap tekanan oksidasi (oxidative stress)
3. Madu dan kesehatan mulut
Bila digunakan untuk bersikat gigi bisa memutihkan dan menyehatkan gigi dan gusi, mengobati sariawan dan gangguan mulut lain.
4. Madu dan kulit kepala
Dengan menggunakan cairan madu berkadar 90% (madu dicampur air hangat) dua hari sekali di bagian-bagian yang terinfeksi di kepala dan wajah diurut pelan-pelan selama 2-3 menit, madu dapat membunuh kutu, menghilangkan ketombe, memanjangkan rambut, memperindah dan melembutkannya serta menyembuhkan penyakit kulit kepala.
5. Madu dan pengobatan kencing manis
Madu mampu menurunkan kadar glukosa darah penderita diabetes karena adanya unsur antioksidan yang menjadikan asimilasi gula lebih mudah di dalam darah sehingga kadar gula tersebut tidak terlihat tinggi. Madu nutrisi kaya vitamin B1, B5, dan C dimana para penderita diabetes sangat membutuhkan vitamin-vitamin ini. Sesendok kecil madu alami murni akan menambah cepat dan besar kandungan gula dalam darah, sehingga akan menstimulasi sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Sebaiknya penderita diabetes melakukan analisis darah dahulu untuk menentukan takaran yang diperbolehkan untuknya di bawah pengawasan dokter.
6. Madu mencegah terjadinya radang usus besar (colitis), maag dan tukak lambung
Madu berperan baik melindungi kolon dari luka- luka yang biasa ditimbulkan oleh asam asetat dan membantu pengobatan infeksi lambung (maag). Pada kadar 20% madu mampu melemahkan bakteri pylori penyebab tukak lambung di piring percobaan.
7. Selain itu madu amat bergizi, melembutkan sistem alami tubuh, menghilangkan rasa obat yang tidak enak, membersihkan liver, memperlancar buang air kecil, cocok untuk mengobati batuk berdahak. Buah-buahan yang direndam dalam madu bisa bertahan sampai enam bulan.

Madu terbaik adalah yang paling jernih, putih dan tidak tajam serta yang paling manis. Madu yang diambil dari daerah gunung dan pepohonan liar memiliki keutamaan tersendiri daripada yang diambil dari sarang biasa, dan itu tergantung pada tempat para lebah berburu makanannya.

Minyak Zaitun

“Konsumsilah minyak zaitun dan gunakan sebagai minyak rambut, karena minyak zaitun dibuat dari pohon yang penuh berkah.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Fungsi minyak zaitun:
1. Mengurangi kolesterol berbahaya tanpa mengurangi kandungan kolesterol yang bermanfaat.
2. Mengurangi risiko penyumbatan (trombosis) dan penebalan (ateriosklerosis) pembuluh darah.
3. Mengurangi pemakaian obat-obatan penurun tekanan darah tinggi.
4. Mengurangi serangan kanker.
5. Melindungi dari serangan kanker payudara. Sesendok makan minyak zaitun setiap hari mengurangi risiko kanker payudara sampai pada kadar 45%.
6. Menurunkan risiko kanker rahim sampai 26%.
7. Pengkonsumsian buah-buahan, sayuran, dan minyak zaitun memiliki peran penting dalam melindungi tubuh dari kanker kolon.
8. Penggunaan minyak zaitun sebagai krim kulit setelah berenang melindungi terjadinya kanker kulit (melanoma)
9. Berpengaruh positif melindungi tubuh dari kanker lambung dan mengurangi risiko tukak lambung.
10. Mengandung lemak terbaik yang seharusnya dikonsumsi manusia seperti yang terdapat dalam ASI.
11. Penggunaan sebagai minyak rambut mampu membunuh kutu dalam waktu beberapa jam saja.

Bekam (al-Hijamah)

Thibbun Nabawi Pada hakikatnya adalah suatu pengobatan sunnah Rasululloh shalallahu 'alaihi wasallam. Sebagaimana Hadist Rasul yaitu :
ﺍﻟﺸﻔﺎﺀ ﻓﻲ ﺛﻼﺙ ﺷﺮﺑﺔ ﻋﺴﻞ ﻭ ﺷﺮﻃﺔ ﻣﺤﺠﻢ ﻭﻛﻴﺔ ﺑﻨﺎﺭ ﻭﺃﻣّﺘﻰ
ﻋﻦ ﺍﻟﻜﻲّ
” Kesembuhan terdapat dalam 3 hal : yakni minum madu, sayatan alat bekam dan sundutan api (kay), dan Aku melarang umatku untuk berobat menggunakan sundutan api (kay)”

Berbekam adalah salah satu cara pengobatan thibbun nabawi dengan cara menyayatkan pisau/jarum dan mengeluarkan darah kotor yang ada di dalam tubuh manusia. Tenang yang keluar hanyalah darah yang telah mati dan itu telah banyak mengalami pembuktian medis. Di dalam tubuh manusia sel darah merah hanya mampu aktif selama 120 hari, kemudian sel tersebut hancur, oleh karena sel darah yang hancur tidak
dikeluarkan dalam tubuh maka tubuh akan mengalami gangguan atau ketidakseimbangan., Yang menyebabkan banyak penyakit menyerang.

Bekam sangat cocok sebagai solusi untuk mengeluarkan sel darah merah yang telah hancur tersebut dan mengembalikan keseimbangan tubuh. Telah banyak masyarakat yang mengetahui tentang khasiat bekam untuk pengobatan ataupun terapi kesehatan. Maka telah banyak pula masyarakat yang telah merasakan khasiat berbekam diantaranya sakit kepala, rematik, asam urat, ginjal dll. Walau banyak darah yang akan keluar saat berbekam namun yang keluar hanyalah seldarah yang telah hancur yang bertumpuk di bawah permukaan kulit kita. Hal tersebut yang membedakan berbekam dengan donor darah dimana pada saat donor darah/transfusi darah maka darah yang keluar adalah darah yang masih segar dan sel darahnya masih aktif. Namun dalam transfusi tetap memiliki khasiat yang baik dalam kesehatan yaitumemperbaharui sel darah merah didalam tubuh kita, karena sel darah merah berkurang dengan asupan gizi cukup maka sel darah merah baru akan aktif menggantikannya.

Antara berbekam dan donor darah sama-sama baik
tinggal kita memilih saja mana yang lebih bermanfaat. Apakah donor darah yang juga akan membantu sesama kita yang membutuhkan darah, atau dengan berbekam yang akan mengeluarkan sel darah merah yang telah mati dan bertumpuk di tubuh kita, serta mengembalikan keseimbangan tubuh.” Jadi kalau ingin tetap sehat dan bugar jangan takut untuk berbekam yah,,, ga’ sakit kok!” .

Setiap penyakit itu ada obatnya, seperti hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya: “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan Dia menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim) Setiap kali Allah menurunkan penyakit, Allah pasti menurunkan penyembuhnya. Hanya ada orang yang mengetahuinya dan ada yang tidak mengetahuinya. Jauh sebelum ilmu pengetahuan berkembang pesat, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah mengetahui dan menerapkan pengobatan yang terbukti kemanjurannya.

Marilah kita mencoba mengamalkan pengobatan yang telah diajarkan dalam agama Islam.. dan semoga Allah selalu menjaga kita dalam kenikmatan sehat jasmani dan rohani..

dikutip dari berbagai sumber
Jakarta, 20 Mei 2013

Sabtu, 11 Mei 2013

Kepada Siapakah Anda Berobat ?.....

بسم الله الر حمن الر حيم

Kesehatan adalah sebagian di antara nikmat Allah yang banyak dilupakan oleh manusia. Benarlah ,ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Ada dua nikmat yang sering kali memperdaya kebanyakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kelapangan waktu” (HR. Bukhari). Dan tidaklah seseorang merasakan arti penting nikmat sehat kecuali setelah jatuh sakit. Kesehatan adalah nikmat yang sangat agung dari Allah Ta’ala di antara sekian banyak nikmat. Dan kewajiban kita sebagai seorang hamba adalah bersyukur kepada-Nya sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya, ”Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS Al Baqarah: 152) .

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah, ada beberapa kondisi ketika sebagian orang sedang diuji oleh Allah Ta’ala dengan dicabutnya nikmat kesehatan ini (baca: jatuh sakit) . Di antara mereka ada yang bersabar dan ridha dengan ketetapan dari Allah, mereka tetap bertawakkal dengan menempuh pengobatan yang diizinkan oleh syari’at. Sehingga mereka pun mendulang pahala yang berlimpah dari Allah Ta’ala karena sabar dan tawakkalnya kepada Allah Ta’ala . Namun di antara mereka ada pula yang berputus asa dari rahmat-Nya, berburuk sangka kepada-Nya, dan menempuh jalan-jalan yang dilarang oleh syari’at demi mencari sebuah kesembuhan. Bahkan sampai menjerumuskan dirinya ke dalam kesyirikan. Yang mereka dapatkan tidak lain hanyalah penderitaan di atas penderitaan, penderitaan di dunia, setelah itu penderitaan abadi di neraka jika tidak bertaubat sebelum meninggal dunia. Karena Allah Ta’ala berfirman yang artinya, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48).

Setiap Penyakit Pasti Ada Obatnya

Satu hal yang dapat memotivasi kita untuk terus berusaha mencari kesembuhan adalah jaminan dari Allah Ta’ala bahwa seluruh jenis penyakit yang menimpa seorang hamba pasti ada obatnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut” (HR. Bukhari). Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang dapat digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, atau untuk meringankan penyakit tersebut. Hadits ini juga mengandung dorongan untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana kita juga mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa seluruh penyakit memiliki obat, maka hendaknya kita berusaha mempelajarinya dan kemudian mempraktekkannya.
(Lihat Bahjatul Quluubil Abraar hal. 174-175, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ”Untuk setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, penyakit tersebut akan sembuh dengan seizin Allah Ta’ala” (HR. Muslim).
Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang sesuai dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah, maka dengan seizin-Nya orang sakit tersebut akan sembuh. Dan Allah Ta’ala akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada siapa saja yang Dia kehendaki sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Ada yang tahu, ada juga yang tidak tahu” (HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah ).

Berobat = Mengambil Sebab

Berobat sangat erat kaitannya dengan hukum mengambil sebab. Maksud mengambil sebab adalah seseorang melakukan suatu usaha/sarana ( “sebab” ) untuk dapat meraih apa yang dia inginkan. Misalnya seseorang mengambil sebab berupa belajar agar dapat meraih prestasi akademik. Demikian pula, seseorang “mengambil sebab” berupa berobat agar dapat meraih kesembuhan dari penyakitnya.
Di antara ketentuan yang telah dijelaskan oleh para ulama berkaitan dengan hukum-hukum dalam mengambil sebab adalah bahwa sebab (sarana) yang ditempuh tidak boleh menggunakan sarana yang haram, apalagi sampai menjerumuskan ke dalam kesyirikan, meskipun metode pengobatan tersebut terbukti menyembuhkan berdasarkan pengalaman atau penelitian ilmiah. Selain itu, ketika mengambil sebab tersebut, hatinya harus senantiasa bertawakkal kepada Allah Ta’ala dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah demi berpengaruhnya sebab tersebut. Hatinya tidak bersandar kepada sebab sehingga dirinya pun merasa aman setelah mengambil sebab tersebut.
Seseorang yang berobat, setelah dia berusaha maksimal mencari pengobatan yang diizinkan oleh syari’at, maka dia bersandar/bertawakkal kepada Allah Ta’ala, bukan kepada dokter yang merawatnya –betapa pun hebatnya dokter tersebut- dan bukan pula kepada obat yang diminumnya –betapa pun berkhasiatnya obat tersebut-. Hal ini karena seseorang harus memiliki keyakinan bahwa betapa pun hebatnya sebuah sebab (obat atau semacamnya), namun hal itu tetap berada di bawah takdir Allah Ta’ala.

Bentuk-Bentuk Pengobatan Alternatif yang Diharamkan

Di antara pengobatan alternatif yang diharamkan adalah pengobatan yang mengandung unsur kesyirikan seperti berobat dengan menggunakan metode sihir. Sihir merupakan ungkapan tentang jimat-jimat, mantra-mantra, dan sejenisnya yang dapat berpengaruh pada hati dan badan. Di antaranya ada yang membuat sakit, membunuh, dan memisahkan antara suami dan istri. Namun, pengaruh sihir tersebut tetap tergantung pada izin Allah Ta’ala.
Sihir ini merupakan bentuk kekufuran dan kesesatan. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda, ”Yaitu syirik kepada Allah, sihir, …” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pelaku sihir memiliki tanda-tanda yang dapat dikenali. Apabila dijumpai salah satu di antara tanda- tanda tersebut pada seorang ahli pengobatan, maka dapat diduga bahwa ia melakukan praktek sihir atau melakukan praktek yang amat dekat dengan sihir. Di antara tanda-tanda tersebut adalah:
1) mengambil bekas pakaian yang dipakai oleh pasien semisal baju, tutup kepala, kaos dalam, celana dalam, dan lain-lainnya;
2) meminta binatang dengan sifat-sifat tertentu untuk disembelih dan tidak menyebut nama Allah ketika menyembelihnya, dan kadang-kadang melumurkan darah binatang tersebut pada bagian anggota badan yang sakit;
3) menuliskan jimat atau jampi-jampi yang tidak dapat difahami maksudnya;
4) memerintahkan pasien untuk menyepi beberapa waktu di kamar yang tidak tembus cahaya matahari;
5) memerintahkan pasien untuk tidak menyentuh air selama jangka waktu tertentu, dan kebanyakan selama 40 hari;
6) membaca mantra-mantra yang tidak dapat difahami maknanya;
7) kadang ia memberitahukan nama, tempat tinggal, dan semua identitas pasien serta masalah yang dihadapi pasien tanpa pemberitahuan pasien kepadanya. Demikian pula, diharamkan bagi seseorang untuk berobat kepada dukun. Pada hakikatnya, dukun tidak berbeda dengan tukang sihir dari sisi bahwa keduanya meminta bantuan kepada jin dan mematuhinya demi mencapai tujuan yang dia inginkan. Sedangkan perbuatan meminta bantuan kepada jin sendiri termasuk syirik besar. Karena meminta bantuan kepada jin dalam hal-hal seperti ini tidaklah mungkin kecuali dengan mendekatkan diri kepada jin dengan suatu ibadah atau “ritual” tertentu. Seorang dukun harus mendekatkan diri kepada jin dengan melaksanakan ibadah tertentu, seperti menyembelih, istighatsah, kufur kepada Allah dengan menghina mushaf Alqur’an, mencela Allah Ta’ala, atau amalan kesyirikan dan kekufuran yang semisal, agar mereka dibantu untuk diberitahu tentang perkara yang ghaib. (Lihat Fathul Majiid hal. 332, Syaikh Abdurrahman bin
Hasan; At -Tamhiid hal. 317, Syaikh Shalih Alu Syaikh)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad” (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Al-Irwa’ no. 2006). Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata, ”Di dalam hadits tersebut terdapat dalil kafirnya dukun dan tukang sihir karena keduanya mengaku mengetahui hal yang ghaib, padahal hal itu adalah kekafiran. Demikian pula orang-orang yang membenarkannya, meyakininya, dan ridha terhadapnya” ( Fathul Majiid, hal. 334).

Para pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala, satu hal yang cukup memprihatinkan bagi kita adalah menyebarnya dukun dan tukang sihir yang berkedok sebagai tabib yang mampu mengobati berbagai penyakit. Di antara mereka banyak juga yang berani memasang iklan di surat kabar dan mengklaim dirinya mampu mengetahui hal yang ghaib. Wal ‘iyadhu billah! Di antara contoh praktik-praktik pengobatan yang mereka lakukan misalnya:
1. Pengobatan melalui jarak jauh, di mana keluarga pasien cukup membawa selembar foto pasien. Setelah itu, si tabib akan mengetahui bahwa ia menderita (misalnya) sakit jantung dan gagal ginjal. Oleh si tabib, penyakit itu kemudian di-transfer jarak jauh ke binatang tertentu, misalnya kambing. Hal ini jelas-jelas termasuk berobat kepada dukun, karena apakah hanya melihat foto seseorang kemudian diketahui bahwa jantungnya bengkak, ginjalnya tidak berfungsi, dan lain-lain?
2. Pengobatan metode lainnya, pasien hanya diminta menyebutkan nama, tanggal lahir, dan kalau perlu weton- nya. Bisa hanya dengan telepon saja. Setelah itu, si tabib akan mengatakan bahwa pasien tersebut memiliki masalah dengan paru-paru atau jantungnya, atau masalah-masalah kesehatan lainnya.
3. Dukun lainnya hanya meminta pasiennya untuk mengirimkan sehelai rambutnya lewat pos. Setelah itu dia akan “menerawang ghaib” untuk mendeteksi, me-rituali, dan memberikan sarana ghaib kepada pasiennya.
4. Pengobatan dengan “ajian-ajian” yang dapat ditransfer jarak jauh atau dengan menggunakan “benda-benda ghaib” tertentu seperti “batu ghaib”, “gentong keramat” (cukup dimasukkan air ke dalam gentong kemudian airnya diminum), dan lain sebagainya.

Praktik perdukunan dan sihir seolah-olah memang tidak dapat dipisahkan. Demikian pula pelakunya. Orang yang mengaku sebagai dukun, paranormal, atau orang pintar juga melakukan sihir. Dan demikian pula sebaliknya. Demikianlah salah satu kerusakan yang sudah tersebar luas di Indonesia ini. Semoga Allah Ta’ala melindungi kita semua dari kesyirikan. Bentuk pengobatan syirik lainnya adalah berobat dengan menggunakan jimat. Termasuk kerusakan pada masa sekarang ini adalah penggunaan jimat untuk mencegah atau mengobati penyakit tertentu. Tidak sungkan-sungkan pula pemilik jimat tersebut akan menawarkan jimatnya tersebut di koran-koran agar menghasilkan uang. Di antaranya jimat dalam bentuk batu “mustika” atau cincin yang dapat mengeluarkan sinar tertentu yang dapat menyembuhkan penyakit apa pun bentuknya.

Hal ini termasuk kesyirikan karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa menggantungkan jimat (tamimah), maka dia telah berbuat syirik”
(HR. Ahmad. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 492).

Pengobatan dengan Sesuatu yang Haram

Tidak boleh pula seseorang berobat dengan menggunakan sesuatu yang haram, meskipun tidak sampai derajat syirik. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya. Maka berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram” (HR. Thabrani. Dinilai hasan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah no. 1633).
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak menjadikan kesembuhan kalian dalam sesuatu yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari). Hadits-hadits ini beserta dalil yang lain semuanya tegas melarang berobat dengan sesuatu yang haram. Misalnya, bentuk pengobatan dengan menggunakan air kencingnya sendiri. Air seni yang diminum terutama air seni pertama kali yang dikeluarkan pada waktu pagi hari setelah bangun tidur. Pengobatan seperti ini tidak boleh dilakukan. Karena air seni adalah najis dan setiap barang najis pasti haram, maka air seni termasuk ke dalam larangan ini. Begitu pula berobat dengan memakan binatang-binatang yang haram dimakan.

Demikianlah pembahasan yang dapat kami sampaikan, semoga pembahasan yang sedikit ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga Allah Ta’ala senantiasa mengkaruniakan nikmat berupa ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih kepada kita semua. Dan semoga Allah Ta’ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita dapat menjadi hamba-Nya yang bersih tauhidnya dan jauh dari kesyirikan.

Penulis: dr. M. Saifudin Hakim
Artikel www.muslim.or.id

Kamis, 09 Mei 2013

Asy Syaafi, Yang Maha Penyembuh Dasar penetapan


Nama Allah Ta’ala yang maha agung ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membacakan doa perlindungan kepada salah seorang (anggota) keluarga beliau (dengan) mengusapkan tangan kanan beliau dan beliau membaca (doa):

« ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺭَﺏَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺃَﺫْﻫِﺐِ ﺍﻟْﺒَﺎﺱَ ، ﺍﺷْﻔِﻪِ ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻰ ، ﻻَ ﺷِﻔَﺎﺀَ
ﺇِﻻَّ ﺷِﻔَﺎﺅُﻙَ ، ﺷِﻔَﺎﺀً ﻻَ ﻳُﻐَﺎﺩِﺭُ ﺳَﻘَﻤًﺎ »
“Ya Allah Rabb (pencipta dan pelindung) semua manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Engkau adalah asy-Syaafi ( Yang Maha Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan (dari)-Mu, kesembukan yang tidak meninggalkan penyakit (lain) ”[1] .

Juga dalam hadits shahih yang lain, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu tentang ruqyah (doa/zikir perlindungan) yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Anas radhiyallahu ‘anhu menyebutkan doa yang mirip dengan doa di atas.
Berdasarkan hadits-hadits ini, para ulama menetapkan nama asy-Syaafi ( Yang Maha Penyembuh) sebagai salah satu dari nama-nama Allah Ta’ala yang maha indah, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [2] , Imam Ibnul Qayyim[3] , syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin [4] , syaikh ‘Abdur Razzak al-Badr [5] dan lain-lain.

Makna nama Allah Ta’ala asy-Syaafi

Imam Ibnul Atsir menjelaskan bahwa asal kata nama ini secara bahasa berarti lepas (sembuh) dari penyakit[6] . Sedangkan imam Fairuz Abadi menjelaskan bahwa arti asal kata nama ini (asy-syifa’ ) adalah obat penyembuh [7] .
Sementara al-Haliimi menjelaskan bahwa maknanya secara bahasa adalah menghilangkan sesuatu yang menyakiti atau merusak pada badan manusia[8] .
Maka nama Allah Ta’ala asy-Syaafi berarti Yang Maha Menyembuhkan segala penyakit lahir maupun batin. Dialah yang menyembuhkan hati manusia dari berbagai syubhat (kerancuan/kesalahpahaman dalam memahami Islam), ketidakyakinan, iri, dengki dan penyakit-penyakit hati lainnya, serta menyembuhkan badan manusia dari berbagai macam penyakit dan kerusakan. Tidak ada satu pun yang mampu melakukan semua itu kecuali Allah Ta’ala semata, maka tidak ada kesembuhan penyakit selain kesembuhan dari-Nya dan tidak ada asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh) kecuali Dia,
sebagaimana ucapan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam yang
dinukil dalam al-Qur’an,

{ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻣَﺮِﺿْﺖُ ﻓَﻬُﻮَ ﻳَﺸْﻔِﻴﻦِ }
“Dan apabila aku sakit Dialah Yang menyembuhkan aku”
(QS asy-Syu’araa’: 80).
Artinya: jika aku ditimpa suatu penyakit maka tidak ada satupun yang mampu menyembuhkanku selain Allah Ta’ala , dengan sebab-sebab yang ditetapkan-Nya membawa kesembuhan bagiku[9] .

Dan makna inilah yang diisyaratkan dalam doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, “Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan (dari)-Mu” [10] .

Penjabaran makna nama Allah asy-Syaafi

Imam Ibnul Qayyim ketika menjelaskan makna doa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas, beliau berkata: “Dalam ruqyah (doa/zikir perlindungan) ini (terdapat) tawassul (usaha/sebab untuk mendekatkan diri) kepada Allah dengan kesempurnaan (sifat) rububiyah-Nya (pengaturan-Nya atas semua urusan makhluk-Nya) dan kasih sayang-Nya dalam
menyembuhkan (penyakit manusia), dan bahwa Dialah satu-satunya asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh), tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan (dari)-Nya. Maka ruqyah (doa/zikir perlindungan) ini mengandung tawassul (usaha/sebab untuk mendekatkan diri) kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya (mengesakan-Nya dalam beribadah), (sifat) ihsan (kebaikan) dan rububiyah-Nya”[11] .

Al-Halimi berkata, “Diperbolehkan untuk mengucapkan dalam doa: wahai asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh), wahai al-Kaafi (Yang Maha Pemberi kecukupan), karena Allah Ta’ala Dialah yang menyembuhkan dada (hati) manusia dari syubhat (kerancuan/kesalahpahaman dalam memahami Islam) dan keragu-raguan, juga dari (sifat) dengki dan khianat, serta menyembuhkan badan manusia dari berbagai macam penyakit dan kerusakan. Tidak ada yang mampu melakukan semua itu selain- Nya dan tidak ada yang (pantas) diseru dengan nama
ini ( asy-Syaafi ) kecuali Dia” [12] .

Allah Ta’ala Dialah Yang Maha Menyembuhkan segala macam penyakit manusia, dan tidak ada kesembuhan bagi mereka kecuali kesembuhan (dari)-Nya.

Kesembuhan dari Allah Ta’ala ada dua macam:
1. Kesembuhan yang bersifat maknawi dan rohani, yaitu
kesembuhan dari penyakit-penyakit hati manusia
2. Kesembuhan fisik, yaitu kesembuhan dari penyakit-
penyakit badan manusia[13] .

Kedua macam penyembuhan ini terungkap dalam keumuman sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit kecuali Dia (juga) menurunkan obat (penyembuh) bagi penyakit tersebut” [14] .

Allah Ta’ala menjelaskan dua macam kesembuhan ini dalam al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Tentang penyembuhan yang pertama, yaitu penyembuhan penyakit hati manusia, Allah Ta’ala berfirman,

{ ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﺗْﻜُﻢْ ﻣَﻮْﻋِﻈَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺭَﺑِّﻜُﻢْ ﻭَﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻟِﻤَﺎ ﻓِﻲ
ﺍﻟﺼُّﺪُﻭﺭِ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ }
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu nasehat dari Rabbmu (al-Qur’an) dan penyembuh bagi penyakit-penyakit dalam dada (hati manusia), dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yuunus:57).

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “Allah menjadikan
al-Qur’an bagi orang-orang yang beriman sebagai penyembuh, (dengan) mereka mengambil pengobatan dari nasehat-nasehat (yang terkandung dalam) al-Qur’an untuk (menyembuhkan) penyakit-penyakit yang merasuk ke dalam dada (hati) mereka, (juga penyakit yang berupa) bisikan dan godaan setan (yang akan merusak hati dan keimanan manusia), maka Allah
mencukupkan (nasehat) bagi orang-orang yang beriman dengan penjelasan ayat-ayat-Nya sehingga mereka tidak butuh lagi kepada nasehat yang lain”[15] .

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

{ ﻭَﻧُﻨﺰﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟِﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻ ﻳَﺰِﻳﺪُ
ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇِﻻ ﺧَﺴَﺎﺭًﺍ }
“Dan Kami turunkan pada al-Qur’an suatu yang merupakan penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS al-Israa’: 82).

Imam Ibnu Katsir berkata, “Arti ‘al-Qur’an sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman’: al-Qur’an akan menghilangkan penyakit-penyakit yang ada di hati mereka yang berupa keraguan (ketidakyakinan), kemunafikan, kesyirikan, penyelewengan dan penyimpangan, maka al-Qur’an
akan menyembuhkan semua (penyakit) tersebut…” [16] .

Akan tetapi perlu diingatkan di sini, bahwa fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah Ta’ala untuk menyembuhkan penyakit hati, hanyalah bisa diambil oleh orang-orang yang mengimani kebenaran al-Qur’an serta memahami kandungan makna dan artinya. Imam Ibnul Qayyim berkata, “al-Qur’an adalah penyembuh yang hakiki dari berbagai syubhat
(kerancuan/kesalahpahaman dalam memahami Islam)
dan keragu-raguan (dalam keimanan), akan tetapi semua (manfaat al-Qur’an) itu tergantung dari (sejauh mana) kita memahami (kandungan) artinya dan mengetahui maksud (penafsiran yang benar) darinya” [17] .

Adapun tentang penyembuhan yang kedua, yaitu penyembuhan pada fisik dan badan manusia, ini ditunjukkan dalam beberapa hadits yang shahih. Misalnya, hadits riwayat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu tentang beberapa orang shahabat
yang melakukan safar (perjalanan), lalu mereka singgah
di sebuah perkampungan Arab, kemudian kepala suku perkampungan tersebut sakit karena disengat binatang buas, dan salah seorang shahabat mengobatinya dengan membaca surat al-Fatihah, maka serta merta orang tersebut sembuh total, Lalu mereka diberi hadiah beberapa ekor kambing. Kemudian setelah pulang dari perjalanan tersebut, mereka menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliaupun membenarkan perbuatan mereka seraya bersabda: “Dari mana kamu mengetahui bahwa surat al-Fatihah adalah ruqyah (doa/zikir untuk penyembuhan)?”, bahkan kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta bagian dari hadiah kambing tersebut” [18] .

Juga hadits riwayat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika ditimpa sakit, beliau membaca al-mu’awwidzaat (surat al-Falaq dan an-Naas) untuk diri beliau sendiri dan meludah sedikit. Lalu ketika sakit beliau sudah parah, akulah yang membacanya untuk beliau dan aku mengusap dengan tangan beliau karena mengharap keberkahannya”[19] .

Pengaruh positif dan manfaat mengimani nama Allah
asy-Syaafi

Keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan menjadikan seorang hamba selalu menghadapkan diri dan berdoa kepada-Nya semata- mata agar Dia memudahkan kesembuhan segala penyakit pada dirinya, utamanya penyakit-penyakit hatinya yang merupakan penghalang utama bagi
manusia untuk mencapai ridha Allah Ta’ala .

Bersihnya hati manusia dari noda dan penyakit merupakan sumber utama kebaikan manusia di dunia dan akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah bahwa sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika itu baik maka akan baik seluruh tubuh manusia, tapi jika itu buruk maka akan buruk seluruh tubuh manusia,
ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia”[20] .

Oleh karena itu, Allah Ta’ala tidak akan menerima hamba yang datang menghadap-Nya pada hari kiamat nanti, kecuali yang datang dengan hati yang bersih dari segala penyakit.
Allah Ta’ala berfirman,

{ ﻳَﻮْﻡَ ﻻ ﻳَﻨْﻔَﻊُ ﻣَﺎﻝٌ ﻭَﻻ ﺑَﻨُﻮﻥَ ﺇِﻻ ﻣَﻦْ ﺃَﺗَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺑِﻘَﻠْﺐٍ ﺳَﻠِﻴﻢٍ }
“Hari (kiamat) yang (pada waktu itu) harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih ” (QS asy-Syu’araa’: 88-89).
Artinya: hati yang bersih dari syirik (menyekutukan Allah), keraguan, mencintai keburukan, serta bersikeras pada perbuatan bid’ah dan maksiat [21] .

Semua penyakit hati bersumber dari buruknya hawa nafsu manusia, sehingga hati ini terhalang untuk mencapai kedekatan dengan Allah Ta’ala .
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Orang-orang yang menempuh jalan (untuk mencari keridhaan) Allah Ta’ala , meskipun jalan dan metode yang mereka tempuh berbeda-beda, (akan tetapi) mereka sepakat (mengatakan) bahwa nafsu (jiwa) manusia adalah penghalang (utama) bagi hatinya untuk sampai kepada
(ridha) Allah, (sehingga) seorang hamba tidak (akan) mencapai (kedekatan) kepada Allah kecuali setelah dia (berusaha) menentang dan menguasai nafsunya (dengan melakukan tazkiyatun nufus)” [22] .

Maka Allah Ta'ala  Dialah satu-satunya yang maha mampu
untuk membersihakn hati dan mensucikan jiwa manusia
dari segala penyakit tersebut, karena Dia Y adalah asy-Syaafi (Yang Maha Penyembuh) dan tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan (dari)-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah agalaksia 'alaihi wasalam  dalam hadits di atas.
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
dalam doa beliau yang terkenal, mengisyaratkan bahwa
kebersihan hati dan kesucian jiwa hanyalah semata-mata berasal dari Allah Ta’ala , yaitu doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku ketakwaannya,
dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu), Engkau-
lah Sebaik-baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau-lah
Yang Menjaga serta Melindunginya ”[23] .

Penutup

Demikianlah, dan kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia memudahkan bagi kita kesembuhan dari penyakit lahir dan batin untuk mencapai kesempurnaan iman dan keridhaan-Nya.

ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺑﺎﺭﻙ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ
ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ، ﻭﺁﺧﺮ ﺩﻋﻮﺍﻧﺎ ﺃﻥ ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﺭﺏ ﺍﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id

Catatan kaki:

[1] HSR al-Bukhari (no. 5311) dan Muslim (no. 2191).
[2] Dalam kitab “Majmuu’ul fataawa” (2/380).
[3] Dalam kitab “Zaadul ma’aad” (4/172).
[4] Dalam kitab “al-Qawaa-idul mutsla” (hal. 42).
[5] Dalam kitab “Fiqhul asma-il husna” (hal. 287).
[6] Kitab “an-Nihayah fi gariibil hadits wal
atsar” (2/1189).
[7] Kitab “al-Qamuusul muhiith” (hal. 1677).
[8] Kitab “al-Minhaaj fi syu’abil iimaan” (1/209).
[9] Lihat kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/450).
[10] Lihat kitab “Fiqhul asma-il husna” (hal. 287).
[11] Kitab “Zaadul ma’aad” (4/172).
[12] Kitab “al-Minhaaj fi syu’abil iimaan” (1/209).
[13] Lihat kitab “Syarhu asma-illahil husna” (hal. 115).
[14] HSR al-Bukhari (no. 5354).
[15] Kitab “Tafsir ath-Thabari” (1/67).
[16] Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (3/83).
[17] Kitab “Igaatsatul lahfaan min masha-yidisy
syaithaan” (1/44).
[18] HSR al-Bukhari (no. 2156) dan Muslim (no. 2201).
[19] HSR al-Bukhari (no. 4728) dan Muslim (no. 2192).
[20] HSR al-Bukhari (no. 52) dan Muslim (no. 1599).
[21] Lihat kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (Hal. 593).
[22] Kitab “Ighaatsatul lahfaan” (hal. 132 – Mawaaridul
amaan).
[23] HSR Muslim dalam “Shahih Muslim” (no. 2722).

Rabu, 08 Mei 2013

Pentingnya Ilmu Syar’i dan BahayaBodoh Terhadapnya


Oleh : Abu Ibrahim ‘Abdullah bin Mudakir al-Jakarty

Wahai saudaraku, kebutuhan kita terhadap ilmu
sangatlah besar. Tidak ada diantara kita yang tidak
butuh ilmu. Oleh karena itulah Al-Imam Ahmad bin
Hambal rahimahullah berkata :

ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﺤﺘﺎﺟﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺣﺎﺟﺘﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭ
ﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻷﻥ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻣﺮﺓ ﺃﻭ
ﻣﺮﺗﻴﻦ ﻭﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻌﺪﺩ ﺍﻷﻧﻔﺎﺱ

“Manusia membutuhkan ilmu lebih banyak dari pada
butuhnya pada makanan dan minuman, dikarenakan
kebutuhan seseorang terhadap makanan dan
minumam dalam sehari sekali atau dua kali. Dan
kebutuhan manusia terhadap ilmu sebanyak tarikan
nafas.” Apalagi kita hidup di masa-masa
menyebarnya kebodohan, kesesatan dan
penyimpangan. Oleh karena itu kebutuhan kita
kepada ilmu sangatlah mendesak. Yaitu ilmu yang
dimaksud disini adalah ilmu syar’i, ilmu tentang
mengenal Allah, agama islam dan nabi-Nya
Muhammad shallallahu alihi wasallam. Maka dari
itu kita harus tetap semangat menuntut ilmu dalam
keadaan apapun. Karena kebutuhan kita yang
sangat kepada ilmu dan kita berharap mendapatkan
berbagai keutamaan orang yang menuntut ilmu
syar’i.
Ilmu syar’i mempunyai banyak keutamaan
diantaranya :
1. Allah Subhaanahu wata’aala akan mengangkat
derajat orang yang berilmu
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman :
ﻳَﺮْﻓَﻊِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat.“ (QS. Al-Mujadilah : 11)
2. Ilmu adalah warisan para nabi barangsiapa yang
mengambilnya maka dia telah mendapat keuntungan
yang sangat besar. Sebagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﺇﻥ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻟﻢ ﻳﻮﺭﺛﻮﺍ ﺩﻳﻨﺎﺭﺍ ﻭﻻ ﺩﺭﻫﻤﺎ ﺇﻧﻤﺎ ﻭﺭﺛﻮﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ
ﻓﻤﻦ ﺃﺧﺬ ﺑﻪ ﺃﺧﺬ ﺑﺤﻆ ﻭﺍﻓﺮ
“Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan uang
dinar dan tidak pula uang dirham, mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya, dia telah mendapatkan keuntungan
yang bsar.” (HR. Abu Dawud dan At-Timidzi
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
3. Jika Allah mengkhendaki kebaikkan seorang
hamba maka Allah akan memberikan pemahaman
agama kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikkan pada
dirinya maka Allah akan pahamkan dia dalam
agama.” (HR. Bukhari dari Shahabat Mua’wiyah)
4. Allah akan memudahkan bagi orang yang
menuntut ilmu jalannya menuju surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda
ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻠَﻚَ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲُ ﻓِﻴﻪِ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﺳَﻬَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barangsiapa yang menumpuh jalan untuk mencari
ilmu maka Allah akan menudahkan jalannya menuju
surga.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
5. Ilmu kebaikkannya akan tetap ada walaupun
orangnya sudah mati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻹِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻨْﻪُ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ ﺛَﻼَﺛَﺔٍ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ
ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ ﺃَﻭْ ﻭَﻟَﺪٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻟَﻪُ
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara, yaitu : shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih
yang mendoakannya (kedua orang tuanya).” (HR.
Muslim)
Dan sebaliknya kebodohan dalam masalah agama
mempunyai dampak jelek yang luar biasa. Tentang
hal ini Allah Subhaanahu wata’aala berfirman dalam
banyak ayat diantaranya :
ﻗُﻞْ ﺃَﻓَﻐَﻴْﺮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﺄْﻣُﺮُﻭﻧِﻲ ﺃَﻋْﺒُﺪُ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠُﻮﻥَ
“ Katakanlah: maka apakah kamu menyuruh aku
menyembah selain Allah, hai orang- orang yang
tidak berpengetahuan.? “ ( Qs. Az- zumar: 64)
ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺍﺟْﻌَﻞ ﻟَﻨَﺎ ﺇِﻟَﻬًﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻬُﻢْ ﺁﻟِﻬَﺔٌ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﻗَﻮْﻡٌ
ﺗَﺠْﻬَﻠُﻮﻥَ
“ Bani Israill berkata: Wahai Musa buatlah untuk
kami sebuah sesembahan ( berhala) sebagai mana
mereka mempunyai beberapa sesembahan
( berhala). Musa menjawab : “ sesungguhnya kamu
itu kaum yang tidak mengetahui (bodoh terhadap
Allah)…” (Qs. Al A’raaf : 138 )
Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurahman As
Sa’di Rahimahullah : “ Kebodohan mana yang lebih
besar dari seseorang yang bodoh terhadap Rabbnya,
Penciptanya dan ia ingin menyamakan Allah dengan
selain Nya, dari orang yang tidak dapat memberikan
manfaat dan mudharat (bahaya), tidak mematikan,
tidak menghidupkan dan tidak memiliki hari
perkumpulan (kiamat) “ (Taisirul Karimirrahman
Syaikh Al Allamah Abdurahman As Sa’di pada ayat
ini)
Dan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam :
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﻗَﺎﻝَ ﺧَﺮَﺟْﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺳَﻔَﺮٍ ﻓَﺄَﺻَﺎﺏَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻨَّﺎ ﺣَﺠَﺮٌ
ﻓَﺸَﺠَّﻪُ ﻓِﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺍﺣْﺘَﻠَﻢَ ﻓَﺴَﺄَﻝَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑَﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻫَﻞْ
ﺗَﺠِﺪُﻭﻥَ ﻟِﻰ ﺭُﺧْﺼَﺔً ﻓِﻰ ﺍﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢِ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻧَﺠِﺪُ ﻟَﻚَ ﺭُﺧْﺼَﺔً
ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺗَﻘْﺪِﺭُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻓَﺎﻏْﺘَﺴَﻞَ ﻓَﻤَﺎﺕَ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﺪِﻣْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺃُﺧْﺒِﺮَ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻘَﺎﻝَ » ﻗَﺘَﻠُﻮﻩُ
ﻗَﺘَﻠَﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻻَّ ﺳَﺄَﻟُﻮﺍ ﺇِﺫْ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﺷِﻔَﺎﺀُ ﺍﻟْﻌِﻰِّ ﺍﻟﺴُّﺆَﺍﻝُ
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻜْﻔِﻴﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻴَﻤَّﻢَ
“Dari Jabir berkata: “Kami keluar pada sebuah
perjalanan, lalu salah seorang diantara kami
tertimpa sebuah batu sampai melukai kepalanya
kemudian ia mimpi basah lalu bertanya kepada para
shahabatnya, apakah kalian mendapatkan rukhsah
(keringanan) bagiku untuk bertayamum? Mereka
menjawab : ‘kami tidak mendapatkan rukhsah
untukmu, sedangkan engkau mampu menggunakan
air. Kemudian ia mandi besar sehingga meningal
dunia. Kemudian tatkala sampai kepada Rasulullah
shallallahu ‘alihi wasallam, kejadian tersebut
dikhabarkan kepada beliau. Maka beliau bersabda :
“Mereka telah membunuhnya, semoga Allah
membinasakan mereka. Mengapa mereka tidak
bertanya, bila mereka tidak mengetahui. Karena
sesungguhnya obat kebodohan adalah
bertanya.” (HR. Abu Dawud, di Hasankan oleh
Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud :
2/159)
Lihatlah bagaimana kebodohan seseorang menjadi
sebab hilangnya nyawa orang lain.
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullaah :
ﻭﻻ ﺭﻳﺐ ﺍﻥ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﺍﺻﻞ ﻛﻞ ﻓﺴﺎﺩ ﻭﻛﻞ ﺿﺮﺭ ﻳﻠﺤﻖ ﺍﻟﻌﺒﺪ
ﻓﻲ ﺩﻧﻴﺎﻩ ﻭﺍﺧﺮﺍﻩ ﻓﻬﻮ ﻧﺘﻴﺠﺔ
“Tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah
pokok dari segala kerusakan dan dhoror (bahaya),
kejelekan yang didapatkan oleh seorang hamba di
dunia dan di akhirat adalah dampak dari
kebodohan.” (Miftaah Daaris Sa’adah, 1/87)
Wahai saudaraku semoga Allah senantiasa
mengaruniakan kepada kita nikmat menuntut ilmu
syar’i. -Amin-. Ada hal yang sangat penting untuk
di perhatikan dalam menuntut ilmu. Diantarannya :
1. Memohon pertolongan, taufiq dan kekokohon
kepada Allah Ta’aala dalam menuntut ilmu.
Manusia adalah makhluk yang sangat lemah, tidak
ada daya dan upaya kecuali karena pertolongan
Allah Subhaanahu wata’ala . Oleh karena itu
mohonlah pertolongan kepada Allah dalam menuntut
ilmu.
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
“Hanya Engkaulah yang Kami beribadah, dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (Qs.
Al-Fatihah : 5).
2. Mengikhlaskan niat
Hendaknya seseorang mengikhlaskan niatnya dalam
menuntut ilmu dalam rangka mencari ridha Allah
semata dan bukan karena yang lainnya. Bukan
karena mencari ketenaran atau agar dihormati orang
atau mencari dunia.
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman :
ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﺣُﻨَﻔَﺎﺀَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus.” (Qs. Al-Bayyinah : 5)
ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﺑَﺸَﺮٌ ﻣِﺜْﻠُﻜُﻢْ ﻳُﻮﺣَﻰ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺇِﻟَﻬُﻜُﻢْ ﺇِﻟَﻪٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ ﻓَﻤَﻦْ
ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮﺍ ﻟِﻘَﺎﺀَ ﺭَﺑِّﻪِ ﻓَﻠْﻴَﻌْﻤَﻞْ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻭَﻻ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ
ﺭَﺑِّﻪِ ﺃَﺣَﺪًﺍ
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Rabbnya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (Qs.
Al-Kahfi : 110)
3. Belajar dari guru bukan dari kitab
Ilmu di ambil dari lisannya para ulama. Dari para
guru bukan dari kitab. Karena barangsiapa yang
menjadikan kitab-kitabnya sebagai guru niscaya
akan banyak kekeliruannya. Begitu juga belajar dari
orang yang dikenal aqidah dan manhajnya.
Berkata Al-Imam Ibnu Siriin rahimahullah :
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩِﻳﻦٌ ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻋَﻤَّﻦْ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ
“Sesunguhnya ini ilmu agama maka perhatikanlah
oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama
kalian.”
4. Besungguh-sungguh dan berkesinambungan
dalam menuntut ilmu
Seseorang hendaknya bersemangat dan
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dari
menghadiri majelis ilmu, menghapalnya dan
memuroja’ahnya (mengulang-ngulangnya). Dan
berkesinambungan dalam menuntut ilmu tidak
terputus ditengah jalan. Karena dengan bersungguh-
sungguh dan tidak terputus ditengah jalan sebab
seseorang berhasil dalam menuntut ilmu.
5. Waktu Yang Panjang
Menuntut ilmu membutuhkan waktu yang panjang
tidak cukup sebulan dua bulan atau setahun dua
tahun tetapi butuh waktu yang panjang.
6. Menjaga Ibadah
Perkara menjaga ibadah adalah perkara yang sangat
penting yang tidak boleh di lalaikan oleh seseorang
penuntut ilmu. Dari menjaga shalat jama’ah, shalat
rawatib, shalat witr, dzikir sehabis shalat dan
ibadah lainnya. Karena dengan ibadah hati kita bisa
tentram. Jangan sampai kesibukkannya muraja’ah,
menghapal dan yang lainnya menyibukkan ia dari
beribadah kepada Allah Ta’aala.
7. Shabar
Maksudnya adalah agar ia bershabar dalam
menuntut ilmu. Bershabar akan kesusahan didalam
menuntut ilmu, bershabar dengan rasa lelah, capek
dan rasa lapar dalam menuntut ilmu.
ﻭَﺍﺻْﺒِﺮُﻭﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
“ Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Anfaal : 46)
ﻭَﺍﺻْﺒِﺮْ ﻭَﻣَﺎ ﺻَﺒْﺮُﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah.” (Qs An-Nahl : 127)
8. Beradab dengan gurunya
Diantara adab dan etika yang perlu diperhatikan
oleh penuntut ilmu adalah beradab dengan
syaikhnya, beradab dengan gurunya. Menghormati,
tawadhu dan menghargai gurunya dan adab-adab
baik yang lainnya.
Itu diantara hal yang perlu diperhatikan bagi
seseorang yang menuntut ilmu syar’i, semoga Allah
senantiasa mengaruniakan kepada kita untuk selalu
menuntut ilmu syar’i.
Sumber :
tauhidsyirik.wordpress.com

Selasa, 07 Mei 2013

Syarat Syahadat Laa Ilaaha Illallah

Setiap ibadah memiliki rukun dan syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tersebut sah. Seseorang yang hendak sholat tentu akan berwudhu terlebih dahulu, karena suci adalah syarat sah sholat. Begitu pula ibadah yang lain seperti haji, puasa dan zakat juga memiliki rukun-rukun dan syarat yang tidak boleh tidak harus dipenuhi. Segala sesuatu yang harus dipenuhi sebelum mengerjakan sesuatu yang lain disebut syarat. Lalu bagaimana pula dengan mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illalloh? Tidak diragukan lagi bahwa syahadat adalah setinggi-tingginya derajat keimanan dan rukun islam yang paling utama. Di sana ada syarat-syarat yang harus dipenuhi agar kalimat Laa Ilaaha Illalloh yang kita ucapkan dianggap sah.

Para ulama menjelaskan bahwa syahadat Laa Ilaaha Illalloh memiliki delapan syarat:

1. Ilmu
Sebuah pengakuan tidak dianggap kecuali dengan ilmu. Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk mengucapkan kalimat syahadat ini dengan mengilmui makna dari kalimat tersebut. Alloh berfirman, “Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Alloh tidak dapat memberi syafa’at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini(nya).” (Az Zukhruf: 86).
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mati dalam keadaan mengilmui Laa Ilaaha Illalloh pasti masuk surga.” (HR. Al Bukhori dan Muslim). Dan makna yang benar dari kalimat Laa Ilaaha Illalloh yaitu tidak ada sesembahan yang haq melainkan Alloh Ta’ala.

2. Yakin
Yakin adalah tidak ragu-ragu dengan kebenaran maknanya sehingga tidak mudah terombang-ambing
oleh berbagai cobaan. Alloh berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al Hujurat: 15)
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang engkau jumpai dari balik dinding ini dia bersaksi Laa Ilaaha Illalloh dengan keyakinan hatinya sampaikanlah kabar gembira untuknya bahwa dia masuk surga.” (HR. Muslim)

3. Menerima
Alloh menceritakan keadaan orang kafir Quraisy yang tidak menerima dakwah Nabi Muhammad dalam firman-
Nya, “Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan
kepada mereka: ‘Laa ilaaha Illalloh’ (Tiada Tuhan yang
berhak disembah melainkan Alloh) mereka
menyombongkan diri. Dan mereka berkata: ‘Apakah
sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-
sembahan kami karena seorang penyair gila?’.” (As
Shoffat: 35-36)
Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan
manusia. Inilah sifat orang kafir, tidak menerima
kebenaran kalimat Laa ilaaha Illalloh. Sungguh hanya
Alloh lah yang berhak disembah dan diibadahi.

4. Tunduk
Maksudnya yaitu melaksanakan konsekuensinya lahir
dan batin. Alloh berfirman, “Dan barangsiapa yang
menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang
yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya
kepada Alloh-lah kesudahan segala urusan.” (Luqman:
22)
Nabi bersabda, “Tidaklah sempurna iman kalian
sehingga hawa nafsunya tunduk mengikuti
ajaranku.” (HR. Thabrani)

5. Jujur
Alloh berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa
mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami telah
beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang
sebelum mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui
orang-orang yang benar (jujur) dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al ‘Ankabut:
2-3)
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tak
seorang pun bersaksi Laa Ilaaha Illalloh dan
Muhammad hamba Alloh dan rasul-Nya dengan
kejujuran hati kecuali Alloh mengharamkan neraka untuk
menyentuhnya.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Betapa kejujuran menjadi syarat sahnya syahadat.
Lihatlah bagaimana syahadat orang munafik ditolak
oleh Alloh karena tidak jujur. Sebagaimana firman-Nya,
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu,
mereka berkata: ‘Kami mengakui, bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul Alloh.’ Dan Alloh mengetahui
bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya;
dan Alloh mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta.” (Al
Munafiqun: 1)

6. Ikhlas
Ikhlas hakikatnya mengharapkan balasan dari Alloh
saja, tidak kepada selain-Nya. Alloh berfirman, “Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh
dengan mengikhlaskan keta’atan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka
mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah: 5)
Apa yang dimaksud dengan ikhlas?
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh
Alloh mengharamkan bagi neraka menyentuh orang
yang mengatakan Laa Ilaaha Illalloh karena semata-
mata mencari wajah Alloh.” (HR. Al Bukhori dan
Muslim)

7. Cinta
Alloh berfirman, “Dan di antara manusia ada orang-
orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Alloh; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman
sangat cinta kepada Alloh. Dan jika seandainya orang-
orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu
kepunyaan Alloh semuanya dan bahwa Alloh amat berat
siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” (Al Baqoroh:
165)
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tiga
hal barangsiapa memilikinya pasti akan merasakan
kelezatan iman: Alloh dan rasul-Nya lebih dia cintai
dibanding selain keduanya, dia mencintai seseorang
karena Alloh, dan dia benci untuk kembali kafir
sebagaimana kebenciannya jika dilempar ke dalam
api.” (HR. Al Bukhori dan Muslim)

8. Mengingkari peribadatan kepada Thoghut.
Thoghut adalah segala sesuatu selain Alloh yang ridho
disembah/diibadahi. Alloh berfirman, “Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar
kepada Thoghut dan beriman kepada Alloh, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang
amat kuat yang tidak akan putus. Dan Alloh Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqoroh: 256)
Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh dan
mengingkari sesembahan selain Alloh, haramlah harta
dan darahnya sedang perhitungannya adalah terserah
kepada Alloh Azza Wa Jalla.” (HR. Muslim)
Perlu diperhatikan, syarat-syarat ini tidak bermanfaat
sama sekali jika sekedar dihafalkan, tanpa diamalkan.
apakah kita sudah mengevaluasi syahadat kita?
Sudahkah terpenuhi delapan syarat ini dalam syahadat
Laa Ilaaha Illalloh yang kita ikrarkan? Belum terlambat.
Berbenahlah! Semoga kita bertemu dengan Alloh
sebagai seorang yang bertauhid, bukan sebagai seorang
musyrik. Wal ‘iyaadzu billah.
***

Penulis: Nurdin Abu Yazid
Artikel www.muslim.or.id