basukidwiputranto.blogspot.com

basukidwiputranto.blogspot.com

Rabu, 08 Mei 2013

Pentingnya Ilmu Syar’i dan BahayaBodoh Terhadapnya


Oleh : Abu Ibrahim ‘Abdullah bin Mudakir al-Jakarty

Wahai saudaraku, kebutuhan kita terhadap ilmu
sangatlah besar. Tidak ada diantara kita yang tidak
butuh ilmu. Oleh karena itulah Al-Imam Ahmad bin
Hambal rahimahullah berkata :

ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻣﺤﺘﺎﺟﻮﻥ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺣﺎﺟﺘﻬﻢ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭ
ﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻷﻥ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﺍﻟﺸﺮﺍﺏ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻴﻮﻡ ﻣﺮﺓ ﺃﻭ
ﻣﺮﺗﻴﻦ ﻭﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺤﺘﺎﺝ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻌﺪﺩ ﺍﻷﻧﻔﺎﺱ

“Manusia membutuhkan ilmu lebih banyak dari pada
butuhnya pada makanan dan minuman, dikarenakan
kebutuhan seseorang terhadap makanan dan
minumam dalam sehari sekali atau dua kali. Dan
kebutuhan manusia terhadap ilmu sebanyak tarikan
nafas.” Apalagi kita hidup di masa-masa
menyebarnya kebodohan, kesesatan dan
penyimpangan. Oleh karena itu kebutuhan kita
kepada ilmu sangatlah mendesak. Yaitu ilmu yang
dimaksud disini adalah ilmu syar’i, ilmu tentang
mengenal Allah, agama islam dan nabi-Nya
Muhammad shallallahu alihi wasallam. Maka dari
itu kita harus tetap semangat menuntut ilmu dalam
keadaan apapun. Karena kebutuhan kita yang
sangat kepada ilmu dan kita berharap mendapatkan
berbagai keutamaan orang yang menuntut ilmu
syar’i.
Ilmu syar’i mempunyai banyak keutamaan
diantaranya :
1. Allah Subhaanahu wata’aala akan mengangkat
derajat orang yang berilmu
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman :
ﻳَﺮْﻓَﻊِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻣِﻨْﻜُﻢْ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩَﺭَﺟَﺎﺕٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat.“ (QS. Al-Mujadilah : 11)
2. Ilmu adalah warisan para nabi barangsiapa yang
mengambilnya maka dia telah mendapat keuntungan
yang sangat besar. Sebagaimana Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ﺇﻥ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻟﻢ ﻳﻮﺭﺛﻮﺍ ﺩﻳﻨﺎﺭﺍ ﻭﻻ ﺩﺭﻫﻤﺎ ﺇﻧﻤﺎ ﻭﺭﺛﻮﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ
ﻓﻤﻦ ﺃﺧﺬ ﺑﻪ ﺃﺧﺬ ﺑﺤﻆ ﻭﺍﻓﺮ
“Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan uang
dinar dan tidak pula uang dirham, mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya, dia telah mendapatkan keuntungan
yang bsar.” (HR. Abu Dawud dan At-Timidzi
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
3. Jika Allah mengkhendaki kebaikkan seorang
hamba maka Allah akan memberikan pemahaman
agama kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ
“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikkan pada
dirinya maka Allah akan pahamkan dia dalam
agama.” (HR. Bukhari dari Shahabat Mua’wiyah)
4. Allah akan memudahkan bagi orang yang
menuntut ilmu jalannya menuju surga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda
ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻠَﻚَ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ ﻳَﻠْﺘَﻤِﺲُ ﻓِﻴﻪِ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﺳَﻬَّﻞَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟَﻪُ ﺑِﻪِ ﻃَﺮِﻳﻘًﺎ
ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ
“Barangsiapa yang menumpuh jalan untuk mencari
ilmu maka Allah akan menudahkan jalannya menuju
surga.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
5. Ilmu kebaikkannya akan tetap ada walaupun
orangnya sudah mati.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
ﺇِﺫَﺍ ﻣَﺎﺕَ ﺍﻹِﻧْﺴَﺎﻥُ ﺍﻧْﻘَﻄَﻊَ ﻋَﻨْﻪُ ﻋَﻤَﻠُﻪُ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ ﺛَﻼَﺛَﺔٍ ﺇِﻻَّ ﻣِﻦْ
ﺻَﺪَﻗَﺔٍ ﺟَﺎﺭِﻳَﺔٍ ﺃَﻭْ ﻋِﻠْﻢٍ ﻳُﻨْﺘَﻔَﻊُ ﺑِﻪِ ﺃَﻭْ ﻭَﻟَﺪٍ ﺻَﺎﻟِﺢٍ ﻳَﺪْﻋُﻮ ﻟَﻪُ
“Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara, yaitu : shadaqah
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shalih
yang mendoakannya (kedua orang tuanya).” (HR.
Muslim)
Dan sebaliknya kebodohan dalam masalah agama
mempunyai dampak jelek yang luar biasa. Tentang
hal ini Allah Subhaanahu wata’aala berfirman dalam
banyak ayat diantaranya :
ﻗُﻞْ ﺃَﻓَﻐَﻴْﺮَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺗَﺄْﻣُﺮُﻭﻧِﻲ ﺃَﻋْﺒُﺪُ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠُﻮﻥَ
“ Katakanlah: maka apakah kamu menyuruh aku
menyembah selain Allah, hai orang- orang yang
tidak berpengetahuan.? “ ( Qs. Az- zumar: 64)
ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﻣُﻮﺳَﻰ ﺍﺟْﻌَﻞ ﻟَﻨَﺎ ﺇِﻟَﻬًﺎ ﻛَﻤَﺎ ﻟَﻬُﻢْ ﺁﻟِﻬَﺔٌ ﻗَﺎﻝَ ﺇِﻧَّﻜُﻢْ ﻗَﻮْﻡٌ
ﺗَﺠْﻬَﻠُﻮﻥَ
“ Bani Israill berkata: Wahai Musa buatlah untuk
kami sebuah sesembahan ( berhala) sebagai mana
mereka mempunyai beberapa sesembahan
( berhala). Musa menjawab : “ sesungguhnya kamu
itu kaum yang tidak mengetahui (bodoh terhadap
Allah)…” (Qs. Al A’raaf : 138 )
Berkata Asy Syaikh Al Allamah Abdurahman As
Sa’di Rahimahullah : “ Kebodohan mana yang lebih
besar dari seseorang yang bodoh terhadap Rabbnya,
Penciptanya dan ia ingin menyamakan Allah dengan
selain Nya, dari orang yang tidak dapat memberikan
manfaat dan mudharat (bahaya), tidak mematikan,
tidak menghidupkan dan tidak memiliki hari
perkumpulan (kiamat) “ (Taisirul Karimirrahman
Syaikh Al Allamah Abdurahman As Sa’di pada ayat
ini)
Dan dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam :
ﻋَﻦْ ﺟَﺎﺑِﺮٍ ﻗَﺎﻝَ ﺧَﺮَﺟْﻨَﺎ ﻓِﻰ ﺳَﻔَﺮٍ ﻓَﺄَﺻَﺎﺏَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻨَّﺎ ﺣَﺠَﺮٌ
ﻓَﺸَﺠَّﻪُ ﻓِﻰ ﺭَﺃْﺳِﻪِ ﺛُﻢَّ ﺍﺣْﺘَﻠَﻢَ ﻓَﺴَﺄَﻝَ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑَﻪُ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻫَﻞْ
ﺗَﺠِﺪُﻭﻥَ ﻟِﻰ ﺭُﺧْﺼَﺔً ﻓِﻰ ﺍﻟﺘَّﻴَﻤُّﻢِ ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ ﻣَﺎ ﻧَﺠِﺪُ ﻟَﻚَ ﺭُﺧْﺼَﺔً
ﻭَﺃَﻧْﺖَ ﺗَﻘْﺪِﺭُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻓَﺎﻏْﺘَﺴَﻞَ ﻓَﻤَﺎﺕَ ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻗَﺪِﻣْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ -ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﺃُﺧْﺒِﺮَ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﻓَﻘَﺎﻝَ » ﻗَﺘَﻠُﻮﻩُ
ﻗَﺘَﻠَﻬُﻢُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺃَﻻَّ ﺳَﺄَﻟُﻮﺍ ﺇِﺫْ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﺍ ﻓَﺈِﻧَّﻤَﺎ ﺷِﻔَﺎﺀُ ﺍﻟْﻌِﻰِّ ﺍﻟﺴُّﺆَﺍﻝُ
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﻜْﻔِﻴﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻴَﻤَّﻢَ
“Dari Jabir berkata: “Kami keluar pada sebuah
perjalanan, lalu salah seorang diantara kami
tertimpa sebuah batu sampai melukai kepalanya
kemudian ia mimpi basah lalu bertanya kepada para
shahabatnya, apakah kalian mendapatkan rukhsah
(keringanan) bagiku untuk bertayamum? Mereka
menjawab : ‘kami tidak mendapatkan rukhsah
untukmu, sedangkan engkau mampu menggunakan
air. Kemudian ia mandi besar sehingga meningal
dunia. Kemudian tatkala sampai kepada Rasulullah
shallallahu ‘alihi wasallam, kejadian tersebut
dikhabarkan kepada beliau. Maka beliau bersabda :
“Mereka telah membunuhnya, semoga Allah
membinasakan mereka. Mengapa mereka tidak
bertanya, bila mereka tidak mengetahui. Karena
sesungguhnya obat kebodohan adalah
bertanya.” (HR. Abu Dawud, di Hasankan oleh
Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud :
2/159)
Lihatlah bagaimana kebodohan seseorang menjadi
sebab hilangnya nyawa orang lain.
Berkata Ibnul Qayyim rahimahullaah :
ﻭﻻ ﺭﻳﺐ ﺍﻥ ﺍﻟﺠﻬﻞ ﺍﺻﻞ ﻛﻞ ﻓﺴﺎﺩ ﻭﻛﻞ ﺿﺮﺭ ﻳﻠﺤﻖ ﺍﻟﻌﺒﺪ
ﻓﻲ ﺩﻧﻴﺎﻩ ﻭﺍﺧﺮﺍﻩ ﻓﻬﻮ ﻧﺘﻴﺠﺔ
“Tidaklah diragukan bahwasanya kebodohan adalah
pokok dari segala kerusakan dan dhoror (bahaya),
kejelekan yang didapatkan oleh seorang hamba di
dunia dan di akhirat adalah dampak dari
kebodohan.” (Miftaah Daaris Sa’adah, 1/87)
Wahai saudaraku semoga Allah senantiasa
mengaruniakan kepada kita nikmat menuntut ilmu
syar’i. -Amin-. Ada hal yang sangat penting untuk
di perhatikan dalam menuntut ilmu. Diantarannya :
1. Memohon pertolongan, taufiq dan kekokohon
kepada Allah Ta’aala dalam menuntut ilmu.
Manusia adalah makhluk yang sangat lemah, tidak
ada daya dan upaya kecuali karena pertolongan
Allah Subhaanahu wata’ala . Oleh karena itu
mohonlah pertolongan kepada Allah dalam menuntut
ilmu.
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman
ﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﻌْﺒُﺪُ ﻭَﺇِﻳَّﺎﻙَ ﻧَﺴْﺘَﻌِﻴﻦُ
“Hanya Engkaulah yang Kami beribadah, dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” (Qs.
Al-Fatihah : 5).
2. Mengikhlaskan niat
Hendaknya seseorang mengikhlaskan niatnya dalam
menuntut ilmu dalam rangka mencari ridha Allah
semata dan bukan karena yang lainnya. Bukan
karena mencari ketenaran atau agar dihormati orang
atau mencari dunia.
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman :
ﻭَﻣَﺎ ﺃُﻣِﺮُﻭﺍ ﺇِﻟَّﺎ ﻟِﻴَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣُﺨْﻠِﺼِﻴﻦَ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﺣُﻨَﻔَﺎﺀَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus.” (Qs. Al-Bayyinah : 5)
ﻗُﻞْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﺑَﺸَﺮٌ ﻣِﺜْﻠُﻜُﻢْ ﻳُﻮﺣَﻰ ﺇِﻟَﻲَّ ﺃَﻧَّﻤَﺎ ﺇِﻟَﻬُﻜُﻢْ ﺇِﻟَﻪٌ ﻭَﺍﺣِﺪٌ ﻓَﻤَﻦْ
ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺮْﺟُﻮﺍ ﻟِﻘَﺎﺀَ ﺭَﺑِّﻪِ ﻓَﻠْﻴَﻌْﻤَﻞْ ﻋَﻤَﻠًﺎ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﻭَﻻ ﻳُﺸْﺮِﻙْ ﺑِﻌِﺒَﺎﺩَﺓِ
ﺭَﺑِّﻪِ ﺃَﺣَﺪًﺍ
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan
Rabbnya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal
yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (Qs.
Al-Kahfi : 110)
3. Belajar dari guru bukan dari kitab
Ilmu di ambil dari lisannya para ulama. Dari para
guru bukan dari kitab. Karena barangsiapa yang
menjadikan kitab-kitabnya sebagai guru niscaya
akan banyak kekeliruannya. Begitu juga belajar dari
orang yang dikenal aqidah dan manhajnya.
Berkata Al-Imam Ibnu Siriin rahimahullah :
ﺇِﻥَّ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢَ ﺩِﻳﻦٌ ﻓَﺎﻧْﻈُﺮُﻭﺍ ﻋَﻤَّﻦْ ﺗَﺄْﺧُﺬُﻭﻥَ ﺩِﻳﻨَﻜُﻢْ
“Sesunguhnya ini ilmu agama maka perhatikanlah
oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama
kalian.”
4. Besungguh-sungguh dan berkesinambungan
dalam menuntut ilmu
Seseorang hendaknya bersemangat dan
bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, dari
menghadiri majelis ilmu, menghapalnya dan
memuroja’ahnya (mengulang-ngulangnya). Dan
berkesinambungan dalam menuntut ilmu tidak
terputus ditengah jalan. Karena dengan bersungguh-
sungguh dan tidak terputus ditengah jalan sebab
seseorang berhasil dalam menuntut ilmu.
5. Waktu Yang Panjang
Menuntut ilmu membutuhkan waktu yang panjang
tidak cukup sebulan dua bulan atau setahun dua
tahun tetapi butuh waktu yang panjang.
6. Menjaga Ibadah
Perkara menjaga ibadah adalah perkara yang sangat
penting yang tidak boleh di lalaikan oleh seseorang
penuntut ilmu. Dari menjaga shalat jama’ah, shalat
rawatib, shalat witr, dzikir sehabis shalat dan
ibadah lainnya. Karena dengan ibadah hati kita bisa
tentram. Jangan sampai kesibukkannya muraja’ah,
menghapal dan yang lainnya menyibukkan ia dari
beribadah kepada Allah Ta’aala.
7. Shabar
Maksudnya adalah agar ia bershabar dalam
menuntut ilmu. Bershabar akan kesusahan didalam
menuntut ilmu, bershabar dengan rasa lelah, capek
dan rasa lapar dalam menuntut ilmu.
ﻭَﺍﺻْﺒِﺮُﻭﺍ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻣَﻊَ ﺍﻟﺼَّﺎﺑِﺮِﻳﻦَ
“ Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-Anfaal : 46)
ﻭَﺍﺻْﺒِﺮْ ﻭَﻣَﺎ ﺻَﺒْﺮُﻙَ ﺇِﻟَّﺎ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah
kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan
Allah.” (Qs An-Nahl : 127)
8. Beradab dengan gurunya
Diantara adab dan etika yang perlu diperhatikan
oleh penuntut ilmu adalah beradab dengan
syaikhnya, beradab dengan gurunya. Menghormati,
tawadhu dan menghargai gurunya dan adab-adab
baik yang lainnya.
Itu diantara hal yang perlu diperhatikan bagi
seseorang yang menuntut ilmu syar’i, semoga Allah
senantiasa mengaruniakan kepada kita untuk selalu
menuntut ilmu syar’i.
Sumber :
tauhidsyirik.wordpress.com

1 komentar: